Minggu, 12 Desember 2010

ibrahim dan isma'il

Dalam lembah yang terkepung
oleh bukit- bukit itulah terletak
Mekah. Untuk mengetahui
sejarah dibangunnya kota ini
sungguh sukar sekali. Mungkin
sekali ia bertolak ke masa ribuan tahun yang lalu. Yang pasti,
lembah itu digunakan sebagai
tempat perhentian kafilah sambil
beristirahat, karena di tempat
itu terdapat sumber mata air.
Dengan demikian rombongan kafilah itu membentangkan
kemah-kemah mereka, baik yang
datang dari jurusan Yaman
menuju Palestina atau yang
datang dari Palestina menuju
Yaman. Mungkin sekali Ismail anak Ibrahim itu orang pertama yang
menjadikannya sebagai tempat
tinggal, yang sebelum itu hanya
dijadikan tempat kafilah lalu saja
dan tempat perdagangan secara
tukar-menukar antara yang datang dari arah selatan jazirah
dengan yang bertolak dari arah
utara. Kalau Ismail adalah orang
pertama yang menjadikan Mekah
sebagai tempat tinggal, maka
sejarah tempat ini sebelum itu
gelap sekali. Mungkin dapat juga
dikatakan, bahwa daerah ini dipakai tempat ibadat juga
sebelum Ismail datang dan
menetap di tempat itu. Kisah
kedatangannya ke tempat
itupun memaksa kita membawa
kisah Ibrahim a.s. secara ringkas. Ibrahim dilahirkan di Irak
(Chaldea) dari ayah seorang
tukang kayu pembuat patung.
Patung-patung itu kemudian
dijual kepada masyarakatnya
sendiri, lalu disembah. Sesudah ia remaja betapa ia melihat
patung-patung yang dibuat oleh
ayahnya itu kemudian disembah
oleh masyarakat dan betapa
pula mereka memberikan rasa
hormat dan kudus kepada sekeping kayu yang pernah
dikerjakan ayahnya itu. Rasa
syak mulai timbul dalam hatinya.
Kepada ayahnya ia pernah
bertanya, bagaimana hasil
kerajinan tangannya itu sampai disembah orang? Kemudian Ibrahim menceritakan
hal itu kepada orang lain.
Ayahnyapun sangat
memperhatikan tingkah-laku
anaknya itu; karena ia kuatir hal
ini akan menghancurkan perdagangannya. Ibrahim sendiri
orang yang percaya kepada akal
pikirannya. Ia ingin membuktikan
kebenaran pendapatnya itu
dengan alasan-alasan yang
dapat diterima. Ia mengambil kesempatan ketika orang
sedang lengah. Ia pergi
menghampiri sang dewa, dan
berhala itu dihancurkan, kecuali
berhala yang paling besar.
Setelah diketahui orang, mereka berkata kepadanya: "Engkaukah yang melakukan
itu terhadap dewa-dewa
kami, hai Ibrahim?" Dia
menjawab: " Tidak. Itu
dilakukan oleh yang paling
besar diantara mereka. Tanyakanlah kepada
mereka, kalau memang
mereka bisa
bicara." (Qur'an, 21: 62-63) Ibrahim melakukan itu sesudah ia
memikirkan betapa sesatnya
mereka menyembah berhala,
sebaliknya siapa yang
seharusnya mereka sembah. "Bila malam sudah gelap,
dilihatnya sebuah bintang.
Ia berkata: Inilah Tuhanku.
Tetapi bilamana bintang itu
kemudian terbenam, iapun
berkata: 'Aku tidak menyukai segala yang
terbenam.' Dan setelah
dilihatnya bulan terbit,
iapun berkata: 'Inilah
Tuhanku.' Tetapi bilamana
bulan itu kemudian terbenam, iapun berkata:
'Kalau Tuhan tidak memberi
petunjuk kepadaku,
pastilah aku akan jadi
sesat.' Dan setelah
dilihatnya matahari terbit, iapun berkata: 'Ini Tuhanku.
Ini yang lebih besar.' Tetapi
bilamana matahari itu juga
kemudian terbenam, iapun
berkata: 'Oh kaumku. Aku
lepas tangan terhadap apa yang kamu persekutukan
itu. Aku mengarahkan
wajahku hanya kepada
yang telah menciptakan
semesta langit dan bumi ini.
Aku tidak termasuk mereka yang mempersekutukan
Tuhan." (Qur'an 6: 76-79) Ibrahim tidak berhasil mengajak
masyarakatnya itu. Malah
sebagai balasan ia dicampakkan
ke dalam api. Tetapi Tuhan masih
menyelamatkannya. Ia lari ke
Palestina bersama isterinya Sarah. Dari Palestina mereka
meneruskan perjalanan ke Mesir.
Pada waktu itu Mesir di bawah
kekuasaan raja-raja Amalekit
(Hyksos). Sarah adalah seorang wanita
cantik. Pada waktu itu raja- raja
Hyksos biasa mengambil wanita-
wanita bersuami yang cantik-
cantik. Ibrahim memperlihatkan,
seolah Sarah adalah saudaranya. Ia takut dibunuh dan Sarah akan
diperisterikan raja. Dan raja
memang bermaksud akan
memperisterikannya. Tetapi
dalam tidurnya ia bermimpi
bahwa Sarah bersuami. Kemudian dikembalikan kepada Ibrahim
sambil dimarahi. Ia diberi
beberapa hadiah di antaranya
seorang gadis belian bernama
Hajar- Oleh karena Sarah
sesudah bertahun-tahun dengan Ibrahim belum juga beroleh
keturunan, maka oleh Sarah
disuruhnya ia bergaul dengan
Hajar, yang tidak lama kemudian
telah beroleh anak, yaitu Ismail.
Sesudah Ismail besar kemudian Sarahpun beroleh keturunan,
yaitu Ishaq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar