Minggu, 12 Desember 2010

masalah penyaliban al-masih

Masalah lain yang menimbulkan
perbedaan pendapat Islam dan
Nasrani, dan menjadi puncak
perdebatan antara dua golongan
itu pada masa Nabi, ialah masalah
penyaliban Isa untuk menebus dosa orang dengan darahnya.
Secara tegas Quran telah
membantah bahwa orang-orang
Yahudi membunuh dan menyalib
Isa. "Dan perkataan mereka
bahwa: kami telah
membunuh Almasih Isa anak
Mariam - Utusan Allah.
Tetapi mereka tidak
membunuhnya dan tidak menyalibnya, melainkan
begitu terbayang pada
mereka. Dan mereka yang
masih berselisih pendapat
tentang itu sebenarnya
masih ragu, sebab tak ada pengetahuan mereka
tentang itu, selain
berdasarkan prasangka
saja, dan merekapun tidak
yakin telah membunuhnya.
Bahkan Allah telah mengangkatnya kepadaNya.
Maha Mulia Kekuasaan Allah
dan Bijaksana." (QS,
4:157-158) Kalaupun konsepsi tentang
penebusan dosa anak-cucu Adam
dengan darah Isa memang indah
sekali, dan apa yang ditulis
orang tentang itu patut menjadi
bahan studi dari segala seginya, baik literair, etika atau psikologi,
namun prinsip yang telah
ditentukan Islam, bahwa orang
tidak dibenarkan memikul beban
dosa orang lain, dan bahwa
setiap orang pada hari kemudian diganjar sesuai dengan
perbuatannya - kalau ia berbuat
baik dibalas dengan kebaikan,
kalau jahat dibalas dengan
kejahatan - menyebabkan
pendekatan logis antara kedua ajaran ini tidak mungkin. Di sini
logika Islam sangat konkrit,
sehingga tak ada gunanya usaha
mencari persesuaian, melihat
garis perbedaan yang begitu
tajam antara konsepsi penebusan dan konsepsi hukum
yang bersifat pribadi. "...Seorang bapa takkan
dapat menolong anaknya,
dan anakpun tiada sedikit
juga akan dapat menolong
bapanya..." (QS, 31:33) Tentang agama baru ini, sudah
adakah dari kalangan Nasrani
ketika itu yang mau
memikirkannya, serta melihat
kemungkinan bertemunya
konsepsi Tauhid dengan ajaran yang dibawa Isa itu? Ya, memang
ada, dan banyak di antara
mereka itu yang lalu beriman
kepada ajaran ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar