Minggu, 12 Desember 2010

tugas tugas duniawi dan agama di mekah

Hasyim termasuk pemuka
masyarakat dan orang yang
berkecukupan. Dialah yang
memegang urusan air dan
makanan. Dia mengajak
masyarakatnya seperti yang dilakukan oleh Qushayy
kakeknya, yaitu supaya masing-
masing menafkahkan hartanya
untuk memberi makanan kepada
pengunjung pada musim ziarah.
Pengunjung Baitullah, tamu Tuhan inilah yang paling berhak
mendapat penghormatan.
Kenyataannya memang para
tamu itu diberi makan sampai
mereka pulang kembali. Peranan yang dipegang Hasyim
tidak hanya itu saja, bahkan
jasanya sampai ke seluruh
Mekah. Pernah terjadi musim
tandus, dia datang membawakan
persediaan makanan, sehingga kembali penduduk itu
menghadapi hidupnya dengan
wajah berseri. Hasyim jugalah
yang membuat ketentuan
perjalanan musim, musim dingin
dan musim panas. Perjalanan musim dingin ke Yaman, dan
perjalanan musim panas ke Suria. Dengan adanya semua
kenyataan ini keadaan Mekah
jadi berkembang dan mempunyai
kedudukan penting di seluruh
jazirah, sehingga ia dianggap
sebagai ibukota yang sudah diakui. Dengan perkembangan
serupa itu tidak ragu-ragu lagi
anak- anak Abd Manaf membuat
perjanjian perdamaian dengan
tetangga-tetangganya. Hasyim
sendiri membuat perjanjian sebagai tetangga baik dan
bersahabat dengan Imperium
Rumawi dan dengan penguasa
Ghassan. Pihak Rumawi
mengijinkan orang- orang
Quraisy memasuki Suria dengan aman. Demikian juga Abd Syams
membuat pula perjanjian dagang
dengan Najasyi (Negus).
Selanjutnya Naufal dan Muttalib
juga membuat persetujuan
dengan Persia dan perjanjian dagang dengan pihak Himyar di
Yaman. Mekah sekarang bertambah
kuat dan bertambah makmur.
Demikian pandainya penduduk
kota itu dalam perdagangan
sehingga tak ada pihak lain yang
semasa yang dapat menyainginya. Rombongan kafilah
datang ke tempat itu dari
segenap penjuru dan berangkat
lagi pada musim dingin dan musim
panas. Di sekitar tempat itu
didirikan pasar- pasar guna menjalankan perdagangan itu. Itu
pula sebabnya mereka jadi
cekatan sekali dalam utang-
piutang dan riba serta segala
sesuatu yang berhubungan
dengan perdagangan. Tak ada yang teringat akan menyaingi
Hasyim yang kini sudah makin
lanjut usianya itu dalam
kedudukannya sebagai penguasa
Mekah. Hanya kemudian
terbayang oleh Umayya anak Abd Syams -sepupunya - bahwa
sudah tiba masanya kini ia akan
bersaing. Tetapi dia tidak
berdaya, dan kedudukan itu
tetap dipegang Hasyim.
Sementara itu Umayya telah meninggalkan Mekah dan selama
sepuluh tahun tinggal di Suria. Pada suatu ketika dalam
perjalanan pulang dari Suria,
ketika Hasyim melalui Jathrib
dilihatnya seorang wanita baik-
baik dan terpandang, muncul di
tengah-tengah orang yang sedang mengadakan
perdagangan dengan dia. Wanita
itu ialah Salma anak 'Amr dari
kabilah Khazraj. Hasyim merasa
tertarik. Ditanyakannya, adakah
ia sedang dalam ikatan dengan laki-laki lain? Setelah diketahui
bahwa dia seorang janda dan
tidak mau kawin lagi kecuali bila
ia memegang kebebasan sendiri,
Hasyim lalu melamarnya. Dan
wanita itupun menerima, karena dia mengetahui kedudukan
Hasyim di tengah- tengah
masyarakatnya. Beberapa waktu lamanya ia
tinggal di Mekah dengan
suaminya. Kemudian ia kembali ke
Jathrib. Di kota ini ia melahirkan
seorang anak yang diberi nama
Syaiba. Beberapa tahun kemudian dalam
suatu perjalanan musim panas ke
Ghazza (Gaza). Hasyim meninggal
dunia. Kedudukannya digantikan
oleh adiknya, Muttalib.
Sebenarnya Muttalib ini masih adik Abd Syams. Tetapi dia
sangat dihormati oleh
masyarakatnya. Karena sikapnya
yang suka menenggang dan
murah hati oleh Quraisy ia
dijuluki Al-Faidz', (" Yang melimpah"). Dengan keadaan
Muttalib yang demikian itu di
tengah-tengah masyarakatnya,
sudah tentu segalanya akan
berjalan tenteram sebagaimana
mestinya. Pada suatu hari terpikir oleh
Muttalib akan kemenakannya,
anak Hasyim itu. Ia pergi ke
Jathrib. Dan karena anak itu
sudah besar, dimintanya kepada
Salma supaya anaknya itu diserahkan kepadanya. Oleh
Muttalib dibawanya pemuda itu
ke atas untanya dan dengan
begitu ia memasuki Mekah.
Orang-orang Quraisy menduga
bahwa yang dibawa itu budaknya. Oleh karena itu
mereka lalu memanggilnya: Abd'l
Muttalib (Budak Muttalib). "Hai,"
kata Muttalib. "Dia kemenakanku
anak Hasyim yang kubawa dari
Jathrib." Tetapi sebutan itu sudah melekat pada pemuda
tersebut. Orang sudah
memanggilnya demikian dan nama
Syaiba yang diberikan ketika
dilahirkan sudah dilupakan orang. Pada mulanya Muttalib ingin
sekali mengembalikan harta
Hasyim untuk kemenakannya.
Tetapi Naufal menolak, lalu
menguasainya. Sesudah Abd'l-
Muttalib mempunyai kekuatan ia meminta bantuan kepada
saudara-saudara ibunya di
Jathrib terhadap tindakan
saudara ayahnya itu dengan
maksud supaya miliknya
dikembalikan kepadanya. Untuk memberikan bantuan itu pihak
Khazraj di Jathrib mengirimkan
delapan puluh orang pasukan
perang. Dengan demikian Naufal
terpaksa mengembalikan harta
itu. Sekarang Abd'l- Muttalib sudah
menempati kedudukan Hasyim.
Sesudah pamannya Muttalib,
dialah yang mengurus pembagian
air dan persediaan makanan.
Dalam mengurus dua jabatan ini terutama urusan air - ia
menemui kesulitan yang tidak
sedikit. Sampai saat itu anaknya
hanyalah seorang, yaitu Harith.
Sedang persediaan air untuk
tamu - sejak terserapnya sumur Zamzam didatangkan dari
beberapa sumur yang
terpencar-pencar sekitar
Mekah, yang kemudian
diletakkan di sebuah kolam di
dekat Ka'bah. Anak yang banyak itu akan merupakan bantuan
besar dan memudahkan
pekerjaan serupa ini serta
pengawasannya sekaligus.
Sebaliknya, kalau Abd'l-Muttalib
harus memikul jabatan penyediaan air dan makanan
sedang anak hanya Harith satu-
satunya, tentu hal ini akan
terasa berat sekali. Ini jugalah
yang lama menjadi pikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar