Minggu, 12 Desember 2010

tugas tugas duniawi dan agama di mekah

Hasyim termasuk pemuka
masyarakat dan orang yang
berkecukupan. Dialah yang
memegang urusan air dan
makanan. Dia mengajak
masyarakatnya seperti yang dilakukan oleh Qushayy
kakeknya, yaitu supaya masing-
masing menafkahkan hartanya
untuk memberi makanan kepada
pengunjung pada musim ziarah.
Pengunjung Baitullah, tamu Tuhan inilah yang paling berhak
mendapat penghormatan.
Kenyataannya memang para
tamu itu diberi makan sampai
mereka pulang kembali. Peranan yang dipegang Hasyim
tidak hanya itu saja, bahkan
jasanya sampai ke seluruh
Mekah. Pernah terjadi musim
tandus, dia datang membawakan
persediaan makanan, sehingga kembali penduduk itu
menghadapi hidupnya dengan
wajah berseri. Hasyim jugalah
yang membuat ketentuan
perjalanan musim, musim dingin
dan musim panas. Perjalanan musim dingin ke Yaman, dan
perjalanan musim panas ke Suria. Dengan adanya semua
kenyataan ini keadaan Mekah
jadi berkembang dan mempunyai
kedudukan penting di seluruh
jazirah, sehingga ia dianggap
sebagai ibukota yang sudah diakui. Dengan perkembangan
serupa itu tidak ragu-ragu lagi
anak- anak Abd Manaf membuat
perjanjian perdamaian dengan
tetangga-tetangganya. Hasyim
sendiri membuat perjanjian sebagai tetangga baik dan
bersahabat dengan Imperium
Rumawi dan dengan penguasa
Ghassan. Pihak Rumawi
mengijinkan orang- orang
Quraisy memasuki Suria dengan aman. Demikian juga Abd Syams
membuat pula perjanjian dagang
dengan Najasyi (Negus).
Selanjutnya Naufal dan Muttalib
juga membuat persetujuan
dengan Persia dan perjanjian dagang dengan pihak Himyar di
Yaman. Mekah sekarang bertambah
kuat dan bertambah makmur.
Demikian pandainya penduduk
kota itu dalam perdagangan
sehingga tak ada pihak lain yang
semasa yang dapat menyainginya. Rombongan kafilah
datang ke tempat itu dari
segenap penjuru dan berangkat
lagi pada musim dingin dan musim
panas. Di sekitar tempat itu
didirikan pasar- pasar guna menjalankan perdagangan itu. Itu
pula sebabnya mereka jadi
cekatan sekali dalam utang-
piutang dan riba serta segala
sesuatu yang berhubungan
dengan perdagangan. Tak ada yang teringat akan menyaingi
Hasyim yang kini sudah makin
lanjut usianya itu dalam
kedudukannya sebagai penguasa
Mekah. Hanya kemudian
terbayang oleh Umayya anak Abd Syams -sepupunya - bahwa
sudah tiba masanya kini ia akan
bersaing. Tetapi dia tidak
berdaya, dan kedudukan itu
tetap dipegang Hasyim.
Sementara itu Umayya telah meninggalkan Mekah dan selama
sepuluh tahun tinggal di Suria. Pada suatu ketika dalam
perjalanan pulang dari Suria,
ketika Hasyim melalui Jathrib
dilihatnya seorang wanita baik-
baik dan terpandang, muncul di
tengah-tengah orang yang sedang mengadakan
perdagangan dengan dia. Wanita
itu ialah Salma anak 'Amr dari
kabilah Khazraj. Hasyim merasa
tertarik. Ditanyakannya, adakah
ia sedang dalam ikatan dengan laki-laki lain? Setelah diketahui
bahwa dia seorang janda dan
tidak mau kawin lagi kecuali bila
ia memegang kebebasan sendiri,
Hasyim lalu melamarnya. Dan
wanita itupun menerima, karena dia mengetahui kedudukan
Hasyim di tengah- tengah
masyarakatnya. Beberapa waktu lamanya ia
tinggal di Mekah dengan
suaminya. Kemudian ia kembali ke
Jathrib. Di kota ini ia melahirkan
seorang anak yang diberi nama
Syaiba. Beberapa tahun kemudian dalam
suatu perjalanan musim panas ke
Ghazza (Gaza). Hasyim meninggal
dunia. Kedudukannya digantikan
oleh adiknya, Muttalib.
Sebenarnya Muttalib ini masih adik Abd Syams. Tetapi dia
sangat dihormati oleh
masyarakatnya. Karena sikapnya
yang suka menenggang dan
murah hati oleh Quraisy ia
dijuluki Al-Faidz', (" Yang melimpah"). Dengan keadaan
Muttalib yang demikian itu di
tengah-tengah masyarakatnya,
sudah tentu segalanya akan
berjalan tenteram sebagaimana
mestinya. Pada suatu hari terpikir oleh
Muttalib akan kemenakannya,
anak Hasyim itu. Ia pergi ke
Jathrib. Dan karena anak itu
sudah besar, dimintanya kepada
Salma supaya anaknya itu diserahkan kepadanya. Oleh
Muttalib dibawanya pemuda itu
ke atas untanya dan dengan
begitu ia memasuki Mekah.
Orang-orang Quraisy menduga
bahwa yang dibawa itu budaknya. Oleh karena itu
mereka lalu memanggilnya: Abd'l
Muttalib (Budak Muttalib). "Hai,"
kata Muttalib. "Dia kemenakanku
anak Hasyim yang kubawa dari
Jathrib." Tetapi sebutan itu sudah melekat pada pemuda
tersebut. Orang sudah
memanggilnya demikian dan nama
Syaiba yang diberikan ketika
dilahirkan sudah dilupakan orang. Pada mulanya Muttalib ingin
sekali mengembalikan harta
Hasyim untuk kemenakannya.
Tetapi Naufal menolak, lalu
menguasainya. Sesudah Abd'l-
Muttalib mempunyai kekuatan ia meminta bantuan kepada
saudara-saudara ibunya di
Jathrib terhadap tindakan
saudara ayahnya itu dengan
maksud supaya miliknya
dikembalikan kepadanya. Untuk memberikan bantuan itu pihak
Khazraj di Jathrib mengirimkan
delapan puluh orang pasukan
perang. Dengan demikian Naufal
terpaksa mengembalikan harta
itu. Sekarang Abd'l- Muttalib sudah
menempati kedudukan Hasyim.
Sesudah pamannya Muttalib,
dialah yang mengurus pembagian
air dan persediaan makanan.
Dalam mengurus dua jabatan ini terutama urusan air - ia
menemui kesulitan yang tidak
sedikit. Sampai saat itu anaknya
hanyalah seorang, yaitu Harith.
Sedang persediaan air untuk
tamu - sejak terserapnya sumur Zamzam didatangkan dari
beberapa sumur yang
terpencar-pencar sekitar
Mekah, yang kemudian
diletakkan di sebuah kolam di
dekat Ka'bah. Anak yang banyak itu akan merupakan bantuan
besar dan memudahkan
pekerjaan serupa ini serta
pengawasannya sekaligus.
Sebaliknya, kalau Abd'l-Muttalib
harus memikul jabatan penyediaan air dan makanan
sedang anak hanya Harith satu-
satunya, tentu hal ini akan
terasa berat sekali. Ini jugalah
yang lama menjadi pikiran.

hasyim dan abd'l muttalib

Seperti ayahnya, Abd'd-Dar juga
telah memegang pimpinan Ka'bah
dan kemudian diteruskan oleh
anak- anaknya. Akan tetapi
anak- anak Abd Manaf
sebenarnya mempunyai kedudukan yang lebih baik dan
terpandang juga di kalangan
masyarakatnya. Oleh karena itu,
anak-anak Abd Manaf, yaitu
Hasyim, Abd Syams, Muttalib dan
Naufal sepakat akan mengambil pimpinan yang ada di tangan
sepupu-sepupu mereka itu.
Tetapi pihak Quraisy berselisih
pendapat: yang satu membela
satu golongan yang lain membela
golongan yang lain lagi. Keluarga Abd Manaf mengadakan
Perjanjian Mutayyabun dengan
memasukkan tangan mereka ke
dalam tib, (yaitu bahan wangi-
wangian) yang dibawa ke dalam
Ka'bah. Mereka bersumpah takkan melanggar janji. Demikian
juga pihak Keluarga Abd'd-Dar
mengadakan pula Perjanjian
Ahlaf: Antara kedua golongan itu
hampir saja pecah perang yang
akan memusnakan Quraisy, kalau tidak cepat-cepat diadakan
perdamaian. Keluarga Abd Manaf
diberi bagian mengurus
persoalan air dan makanan,
sedangkan kunci, panji dan
pimpinan rapat di tangan Keluarga Abd'd-Dar. Kedua belah
pihak setuju, dan keadaan itu
berjalan tetap demikian, sampai
pada waktu datangnya Islam.

qushay dan anak anak nya

Seperti sudah kita kemukakan,
beberapa orang berpendapat,
bahwa sampai pada waktu
pimpinan Mekah berada di
tangan Qushayy, bangunan
apapun belum ada di tempat itu, selain Ka'bah. Alasannya ialah,
karena baik Khuza'a atau
Jurhum tidak ingin melihat ada
bangunan lain di sekitar Rumah
Tuhan itu, juga karena pada
malam hari mereka tidak pernah tinggal di tempat itu, melainkan
pergi ke tempat-tempat
terbuka. Ditambahkan pula
bahwa setelah Qushayy
memegang pimpinan Mekah ia
mengumpulkan Quraisy dan menyuruh mereka membangun di
tempat itu. Dengan dipelopori
oleh Qushayy sendiri
dibangunnya Dar'n- Nadwa
sebagai tempat pertemuan
pembesar- pembesar Mekah yang dipimpin oleh Qushayy
sendiri. Di tempat ini mereka
bermusyawarah mengenai
masalah- masalah negeri itu.
Menurut kebiasaan mereka,
setiap persoalan yang mereka hadapi selalu diselesaikan dengan
persetujuan bersama. Baik
wanita atau laki-laki yang akan
melangsungkan perkawinan
harus di tempat ini pula. Dengan perintah Qushayy orang-
orang Quraisy lalu membangun
tempat- tempat tinggal mereka
di sekitar Ka'bah itu, dengan
meluangkan tempat yang cukup
luas untuk mengadakan tawaf sekitar Rumah itu dan pada
setiap dua rumah disediakan
jalan yang menembus ke tempat
tawaf tersebut. Anak Qushayy yang tertua ialah
Abd'd- Dar. Akan tetapi Abd
Manaf adiknya, sudah lebih dulu
tampil ke depan umum dan sudah
mendapat tempat pula.

mekah di bawah jurhum

Tatkala Ka'bah dibangun
menurut gambaran yang ada
dalam khayal kita - tidak lebih
Mekah hanya terdiri dari
kabilah-kabilah Amalekit dan
Jurhum. Sesudah Ismail menetap di sana dan bersama-sama
dengan ayahnya memasang
sendi-sendi rumah itu, barulah
Mekah mengalami perkembangan.
Untuk beberapa waktu yang
cukup lama kemudian ia menjadi sebuah kota atau yang
menyerupai kota. Kita katakan
menyerupai kota, karena Mekah
dengan penduduknya waktu itu
masih membawa sifat sisa-sisa
keterbelakangan dalam arti yang sangat bersahaja. Beberapa
penulis sejarah tidak keberatan
dalam menyebutkan, bahwa
Mekah itu masih terbelakang
sebelum semua urusan berada di
tangan Qushayy pada pertengahan abad kelima Masehi
itu. Sukar bagi kita akan dapat
membayangkan suatu daerah
seperti Mekah dengan Rumah
Purbanya yang dianggap suci itu
akan tetap berada dalam suasana hidup pengembaraan.
Padahal sejarah membuktikan
bahwa persoalan Rumah Suci itu
berada di tangan Ismail dalam
lingkungan keluarga Jurhum
selama beberapa generasi kemudian. Mereka tinggal di
sekitar tempat itu, di samping
Mekah masa itu memang tempat
pertemuan kafilah-kafilah dalam
perjalanan ke Yaman, Hira, Syam
dan Najd. Juga hubungannya dengan Laut Merah yang tidak
jauh dari tempat itu merupakan
hubungan langsung dengan
perdagangan dunia. Sukar akan
dapat dibayangkan adanya
suatu daerah dalam keadaan demikian itu akan tetap tanpa
ada pendekatan dari dunia lain
dari segi peradabannya.
Beralasan sekali dugaan kita,
bahwa Mekah, yang sudah
didoakan oleh Ibrahim dan ditetapkan Allah akan menjadi
suatu daerah yang aman
sentosa, sudah mengenal hidup
stabil selama beberapa generasi
sebelum Qushayy. Meskipun sudah dikalahkan oleh
Amalekit, Mekah masih di tangan
Jurhum sampai pada masa
Mudzadz bin 'Amr ibn Harith.
Selama dalam masa generasi ini
perdagangan Mekah mengalami perkembangan yang pesat sekali
di bawah kekuasaan orang-
orang yang biasa hidup mewah,
sehingga mereka lupa bahwa
mereka berada di tanah tandus
dan bahwa mereka perlu selalu berusaha dan selalu waspada.
Demikian lalainya mereka itu
sehingga Zamzam menjadi kering
dan pihak kabilah Khuza'a
merasa perlu memikirkan akan
turut terjun memegang pimpinan di tanah suci itu. Peringatan Mudzadz kepada
masyarakatnya tentang akibat
hidup berfoya-foya, tidak
berhasil. Ia yakin sekali bahwa
hal ini akan menghanyutkan
mereka semua. Kemudian ia berusaha menggali Zamzam lebih
dalam lagi. Diambilnya dua buah
pangkal pelana emas dari dalam
Ka'bah beserta harta yang
dibawa orang sebagai sesajen ke
dalam Rumah Suci itu. Dimasukkannya semua itu ke
dalam dasar sumur, sedang pasir
yang masih ada di dalamnya
dikeluarkan, dengan harapan
pada suatu waktu ia akan
menemukannya kembali. Ia keluar dengan anak-anak Ismail dari
Mekah. Kekuasaan sesudah itu
dipegang oleh Khuza'a. Demikian
seterusnya turun-temurun
sampai kepada Qushayy bin Kilab,
nenek (kakek) Nabi Muhammad yang kelima. Fatimah bint Sa'd bin Sahl kawin
dengan Kilab dan mempunyai
anak bernama Zuhra dan
Qushayy. Kilab meninggal dunia
ketika Qushayy masih bayi.
Kemudian Fatimah kawin lagi dengan Rabi'a bin Haram.
Kemudian mereka pergi ke Syam
dan di sana Fatimah melahirkan
Darraj. Qushayy semakin besar
juga dan ia hanya mengenal
Rabi'a sebagai ayahnya. Lambat- laun antara Qushayy dengan
pihak kabilah Rabi'a terjadi
permusuhan. Ia dihina dan
dikatakan berada di bawah
perlindungan mereka, padahal
bukan dari pihak mereka Qushayy mengadukan
penghinaan itu kepada ibunya. "Ayahmu lebih mulia dari mereka,
" kata ibunya kepada Qushayy.
"Engkau anak Kilab bin Murra,
dan keluargamu di Mekah
menempati Rumah Suci." Qushayy lalu pergi ke Mekah,
dan menetap di sana. Karena
pandangannya yang baik dan
mempunyai kesungguhan, orang-
orang di Mekah sangat
menghormatinya. Pada waktu itu pengawasan Rumah Suci di
tangan Hulail bin Hubsyia - orang
yang berpandangan tajam dari
kabilah Khuza'a. Tatkala Qushayy
melamar puterinya, Hubba,
ternyata lamarannya diterima baik dan kawinlah mereka.
Qushayy terus maju dalam usaha
dan perdagangannya, yang
membuat ia jadi kaya, harta dan
anak- anaknya pun banyak pula.
Di kalangan masyarakatnya ia makin terpandang. Hulail
meninggal dengan meninggalkan
wasiat supaya kunci Rumah Suci
di tangan Hubba puterinya.
Tetapi Hubba menolak dan kunci
itu dipegang oleh Abu Ghibsyan dari kabilah Khuza'a. Tetapi Abu
Ghibsyan ini seorang pemabuk.
Ketika pada suatu hari ia
kehabisan minuman keras kunci
itu dijualnya kepada Qushayy
dengan cara menukarnya dengan minuman keras. Khuza'a sudah memperhitungkan
betapa kedudukannya nanti bila
pimpinan Ka'bah itu berada di
tangan Qushayy sebagai orang
yang banyak hartanya dan
orang yang mulai berpengaruh di kalangan Quraisy. Mereka
merasa keberatan bilamana
masalah pimpinan Rumah Suci
berada di tangan pihak lain
selain mereka sendiri. Pada
waktu Qushayy meminta bantuan Quraisy, beberapa kabilah
memang sudah berpendapat
bahwa dialah penduduk yang
paling kuat dan sangat dihargai
di Mekah. Mereka mendukung
Qushayy dan berhasil mengeluarkan Khuza'a dari
Mekah. Sekarang seluruh
pimpinan Rumah Suci itu sudah di
tangan Qushayy dan dia diakui
sebagai pemimpin mereka.

pembangunan ka'bah

Cerita ini diambil dari sejarah
yang hampir merupakan
konsensus dalam garis besarnya
tentang kepergian Ibrahim dan
Ismail ke Mekah, meskipun
terdapat perbedaan dalam detail. Dan yang memajukan
kritik atas peristiwa secara
mendetail itu berpendapat,
bahwa Hajar dan Ismail telah
pergi ke lembah yang sekarang
terletak Mekah itu dan bahwa di tempat itu terdapat mata air
yang ditempati oleh kabilah
Jurhum. Hajar disambut dengan
senang hati oleh mereka ketika
ia datang bersama Ibrahim dan
anaknya ke tempat itu. Sesudah Ismail besar ia kawin dengan
wanita Jurhum dan mempunyai
beberapa orang anak. Dari
percampuran perkawinan antara
Ismail dengan unsur- unsur
Ibrani-Mesir di satu pihak dan unsur Arab di pihak lain,
menyebabkan keturunannya itu
membawa sifat-sifat Arab, Ibrani
dan Mesir. Mengenai sumber
yang mengatakan tentang Hajar
yang kebingungan setelah melihat air yang habis menyerap
serta tentang usahanya berlari
tujuh kali dari Shafa dan Marwa
dan tentang sumur Zamzam dan
bagaimana air menyembur, oleh
mereka masih diragukan. Sebaliknya William Muir
menyangsikan kepergian Ibrahim
dan Ismail itu ke Hijaz dan ia
menolak dasar cerita itu.
Dikatakannya, bahwa itu adalah
Israiliat (Yudaica) yang dibuat- buat orang Yahudi beberapa
generasi sebelum Islam, guna
mengikat hubungan dengan
orang Arab yang sama- sama
sebapa dengan lbrahim, kalau
Ishaq itu yang menjadi nenek- moyang orang Yahudi. Jadi
apabila saudaranya, Ismail itu
moyang orang Arab, maka
mereka adalah saudara sepupu
yang akan menjadi kewajiban
orang Arab pula menerima baik emigran orang-orang Yahudi ke
tengah- tengah mereka, dan
akan memudahkan perdagangan
orang Yahudi di seluruh jazirah
Arab. Pengarang Inggris ini
mendasarkan pendapatnya pada cara-cara peribadatan di negeri-
negeri Arab yang tak ada
hubungannya dengan agama
Ibrahim, sebab mereka sudah
benar- benar hanyut dalam
paganisma, sedang agama Ibrahim agama murni. Kita tidak melihat bahwa
argumentasi demikian itu sudah
cukup kuat untuk menghilangkan
kenyataan sejarah. Jauh
beberapa abad sesudah
meninggalnya Ibrahim dan Ismail paganisma Arab tidak
menunjukkan bahwa mereka
memang sudah demikian tatkala
Ibrahim datang ke Hijaz dan
tatkala ia dan Ismail bersama-
sama membangun Ka'bah. Andaikata waktu itu paganisma
sudah ada, tentu itu akan
memperkuat pendapat Sir William
Muir. Masyarakat Ibrahim sendiri
waktu itu menyembah berhala
dan ia berusaha mengajak mereka ke jalan yang benar,
tapi tidak berhasil. Apabila ia
mengajak masyarakat Arab
seperti mengajak
masyarakatnya sendiri, lalu tidak
berhasil, dan orang- orang Arab itu tetap menyembah berhala,
tentu hal itu tidak sesuai dengan
kepergian Ibrahim dan Ismail ke
Mekah. Keterangan sejarah itu
secara logika bahkan lebih kuat.
Ibrahim yang telah keluar dari Irak karena mau menghindar dari
keluarganya, ia pergi ke
Palestina dan Mesir, adalah
orang yang mudah bepergian
dan biasa mengarungi sahara.
Sedang jalan antara Palestina dan Mekah sejak dahulu kala
sudah merupakan lalu- lintas
terbuka bagi para kafilah.
Dengan demikian tidak pula pada
tempatnya orang meragukan
kenyataan sejarah yang dalam garis besarnya sudah menjadi
konsensus itu. Sir William Muir dan mereka yang
menunjang pendapatnya itu
mengatakan tentang
kemungkinan adanya segolongan
anak-anak Ibrahim dan Ismail
sesudah itu yang pindah dari Palestina ke negeri- negeri Arab
serta adanya pertalian mereka
dalam arti hubungan darah. Kita
tidak mengerti, kalau
kemungkinan mengenai anak-
anak Ibrahim dan Ismail ini bagi mereka dapat diterima, sedang
kemungkinan mengenai kedua
orang itu sendiri tidak!
Bagaimana akan dikatakan belum
dapat dipastikan padahal
peristiwa sejarah sudah memperkuatnya. Bagaimana pula
takkan terjadi padahal
sumbernya sudah tak dapat
diragukan lagi dan sudah
disebutkan dalam Quran dan
dibicarakan juga dalam kitab- kitab suci lainnya! Ibrahim dan Ismail lalu
mengangkat sendi-sendi Rumah
Suci itu. "Bahwa rumah pertama
dibuat untuk manusia
beribadat ialah yang di
Mekah itu, sudah diberi
berkah dan bimbingan bagi
semesta alam. Disitulah terdapat keterangan-
keterangan yang jelas
sebagai Maqam (tempat)
Ibrahim; barangsiapa
memasukinya menjadi
aman." (Qur'an, 3: 96-97) "Dan ingatlah, Kami jadikan
Rumah itu tempat
berkumpul bagi manusia dan
tempat yang aman. Dan
jadikanlah Maqam Ibrahim
itu tempat bersembahyang, dan kami serahkan kepada
Ibrahim dan Ismail
menyucikan RumahKu bagi
mereka yang bertawaf,
mereka yang tinggal
menetap dan mereka yang ruku' dan sujud. Dan
ingatlah tatkala Ibrahim
berkata: 'Tuhanku, jadikan
tempat ini Kota yang aman
dan berikanlah buah-
buahan kepada penduduknya, mereka yang
beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian.' Ia berkata:
'Dan bagi barang siapa
yang menolak iman akan
Kuberi juga kesenangan sementara, kemudian
Kutarik ia ke dalam siksa
api, tujuan yang paling
celaka. Dan ingatlah tatkala
Ibrahim dan Ismail
mengangkat sendi- sendi Rumah Suci itu (mereka
berdoa): 'Tuhan, terimalah
ini dari kami.
Sesungguhnyalah Engkau
Maha mendengar, Maha
mengetahui." (Qur'an, 2: 125-127) Bagaimana Ibrahim mendirikan
Rumah itu sebagai tempat tujuan
dan tempat yang aman, untuk
mengantarkan manusia supaya
beriman hanya kepada Allah
Yang Tunggal lalu kemudian menjadi tempat berhala dan
pusat penyembahannya? Dan
bagaimana pula cara- cara
peribadatan itu dilakukan
sesudah lbrahim dan Ismail, dan
dalam bentuk bagaimana pula dilakukan? Dan sejak kapan
cara-cara itu berubah lalu
dikuasai oleh paganisma? Hal ini
tidak diceritakan kepada kita
oleh sejarah yang kita kenal.
Semua itu baru merupakan dugaan- dugaan yang sudah
dianggap sebagai suatu
kenyataan. Kaum Sabian yang
menyembah bintang mempunyai
pengaruh besar di tanah Arab.
Pada mulanya mereka - menurut beberapa keterangan - tidak
menyembah bintang itu sendiri,
melainkan hanya menyembah
Allah dan mereka mengagungkan
bintang-bintang itu sebagai
ciptaan dan manifestasi kebesaranNya. Oleh karena lebih
banyak yang tidak dapat
memahami arti ketuhanan yang
lebih tinggi, maka diartikannya
bintang- bintang itu sebagai
tuhan. Beberapa macam batu gunung dikhayalkan sebagai
benda yang jatuh dan langit,
berasal dan beberapa macam
bintang. Dari situ mula-mula
manifestasi tuhan itu diartikan
dan dikuduskan, kemudian batu- batu itu yang disembah,
kemudian penyembahan itu
dianggap begitu agung, sehingga
tidak cukup bagi seorang orang
Arab hanya menyembah hajar
aswad (batu hitam) yang di dalam Ka'bah, bahkan dalam
setiap perjalanan ia mengambil
batu apa saja dari Ka'bah untuk
disembah dan dimintai
persetujuannya: akan tinggal
ataukah akan melakukan perjalanan. Mereka melakukan
cara-cara peribadatan yang
berlaku bagi bintang- bintang
atau bagi pencipta bintang-
bintang itu. Dengan cara-cara
demikian menjadi kuatlah kepercayaan paganisma itu,
patung-patung dikuduskan dan
dibawanya sesajen- sesajen
untuk itu sebagai kurban. Ini adalah suatu gambaran
tentang perkembangan agama
itu di tanah Arab sejak Ibrahim
membangun rumah sebagai
tempat beribadat kepada Tuhan,
sebagaimana dilukiskan oleh beberapa ahli sejarah dan
bagaimana pula hal itu kemudian
berbalik dan menjadi pusat
berhala. Herodotus, bapa
sejarah, menerangkan tentang
penyembahan Lat itu di negeri Arab. Demikian juga Diodorus
Siculus menyebutkan tentang
rumah di Mekah yang
diagungkan itu. Ini menunjukkan
tentang paganisma yang sudah
begitu tua di jazirah Arab dan bahwa agama yang dibawa
Ibrahim di sana bertahan tidak
begitu lama. Dalam abad-abad itu sudah
datang pula para nabi yang
mengajak kabilah- kabilah jazirah
itu supaya menyembah Allah
semata-mata. Tetapi mereka
menolak dan tetap bertahan pada paganisma. Datang Hud
mengajak kaum 'Ad yang tinggal
di sebelah utara Hadzramaut
supaya menyembah hanya
kepada Allah; tapi hanya
sebagian kecil saja yang ikut. Sedang yang sebagian besar
malah menyombongkan diri dan
berkata: "O Hud, kau datang tidak
membawa keterangan yang
jelas, dan kami tidak akan
meninggalkan tuhan- tuhan
kami hanya karena
perkataanmu itu. Kami tidak percaya
kepadamu." (Qur'an, 11: 53) Bertahun-tahun lamanya Hud
mengajak mereka. Hasilnya malah
mereka bertambah buas dan
congkak. Demikian juga Saleh
datang mengajak kaum Thamud
supaya beriman. Mereka ini tinggal di Hijr yang terletak
antara Hijaz dengan Syam di
Wadi'l-Qura ke arah timur daya
dari Mad- yan (Midian) dekat
Teluk 'Aqaba. Sama saja, hasil
ajakan Saleh itu tidak lebih seperti ajakan Hud juga.
Kemudian datang Syu'aib kepada
bangsa Mad-yan yang terletak
di Hijaz, mengajak supaya
mereka menyembah Allah. Juga
tidak didengar Merekapun mengalami kehancuran seperti
yang terjadi terhadap golongan
'Ad dan Thamud. Selain para nabi itu juga Qur'an
telah menceritakan tentang
ajakan mereka supaya
menyembah Allah yang Esa. Sikap
golongan itu begitu sombong.
Mereka tetap bersikeras hendak menyembah berhala dan
bermohon kepada berhala-
berhala dalam Ka'bah itu. Mereka
berziarah ke tempat itu setiap
tahun; mereka datang dari
segenap pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun firman Tuhan: "Dan Kami tidak akan
mengadakan siksaan
sebelum Kami mengutus
seorang rasul." (Qur'an 17:
15) Sejak didirikannya Mekah di
tempat itu sudah ada jabatan-
jabatan penting seperti yang
dipegang oleh Qushayy bin Kilab
pada pertengahan abad kelima
Masehi. Pada waktu itu para pemuka Mekah berkumpul.
Jabatan-jabatan hijaba, siqaya,
rifada, nadwa, liwa' dan qiyada
dipegang semua oleh Qushay.
Hijaba ialah penjaga pintu Ka'bah
atau yang memegang kuncinya. Siqaya ialah menyediakan air
tawar - yang sangat sulit waktu
itu bagi mereka yang datang
berziarah serta menyediakan
minuman keras yang dibuat dari
kurma. Rifada ialah memberi makan kepada mereka semua.
Nadwa ialah pimpinan rapat pada
tiap tahun musim. Liwa' ialah
panji yang dipancangkan pada
tombak lalu ditancapkan sebagai
lambang tentara yang sedang menghadapi musuh, dan qiyada
ialah pimpinan pasukan bila
menuju perang. Jabatan-jabatan
demikian itu di Mekah sangat
terpandang. Dalam masalah
ibadat seolah pandangan orang- orang Arab semua tertuju ke
Ka'bah itu. Saya kira semua itu datangnya
bukan sekaligus ketika rumah itu
dibangun, melainkan satu demi
satu, pada satu pihak tak ada
hubungannya satu sama lain
dengan Ka'bah serta kedudukannya dalam arti agama,
di pihak lain sedikit banyak
memang ada juga hubungannya.

perkawinan ismail dengan jurhum

Ismail sudah semakin besar, dan
kemudian ia kawin dengan gadis
kabilah Jurhum. Ia dengan
isterinya tinggal bersama-sama
keluarga Jurhum yang lain. Di
tempat itu rumah suci sudah dibangun, yang kemudian berdiri
pula Mekah sekitar tempat itu. Juga disebutkan bahwa pada
suatu hari Ibrahim minta ijin
kepada Sarah akan mengunjungi
Ismail dan ibunya. Permintaan ini
disetujui dan ia pergi. Setelah ia
mencari dan menemui rumah Ismail ia bertanya kepada
isterinya: "Mana suamimu?" "Ia sedang berburu untuk hidup
kami," jawabnya. Kemudian ditanya lagi, dapatkah
ia menjamu makanan atau
minuman, dijawab bahwa dia
tidak mempunyai apa-apa untuk
dihidangkan. Ibrahim pergi, setelah
mengatakan: "Kalau suamimu
datang sampaikan salamku dan
katakan kepadanya: " Ganti
ambang pintumu." Setelah pesan ayahnya itu
kemudian disampaikan kepada
Ismail, ia segera menceraikan
isterinya, dan kemudian kawin
lagi dengan wanita Jurhum
lainnya, puteri Mudzadz bin 'Amr. Wanita ini telah menyambut
Ibrahim dengan baik setelah
beberapa waktu kemudian ia
pernah datang. "Sekarang
ambang pintu rumahmu sudah
kuat," (kata Ibrahim). Dari perkawinan ini Ismail
mempunyai duabelas orang anak,
dan mereka inilah yang menjadi
cikal- bakal Arab al-Musta'- riba,
yakni orang- orang Arab yang
bertemu dari pihak ibu pada Jurhum dengan Arab al- 'Ariba
keturunan Ya'rub ibn Qahtan.
Sedang ayah mereka, Ismail anak
Ibrahim, dari pihak ibunya erat
sekali bertalian dengan Mesir,
dan dari pihak bapa dengan Irak (Mesopotamia) dan Palestina,
atau kemana saja Ibrahim
menginjakkan kaki.

zamzam

Sesudah kehabisan air dan
perbekalan, Hajar melihat ke
kanan kiri. Ia tidak melihat
sesuatu. Ia terus berlari dan
turun ke lembah mencari air.
Dalam berlari-lari itu - menurut cerita orang - antara Shafa dan
Marwa, sampai lengkap tujuh
kali, ia kembali kepada anaknya
dengan membawa perasaan
putus asa. Tetapi ketika itu
dilihatnya anaknya sedang mengorek- ngorek tanah dengan
kaki, yang kemudian dari dalam
tanah itu keluar air. Dia dan
Ismail dapat melepaskan dahaga.
Disumbatnya mata air itu supaya
jangan mengalir terus dan menyerap ke dalam pasir. Anak yang bersama ibunya itu
membantu orang-orang Arab
yang sedang dalam perjalanan,
dan merekapun mendapat
imbalan yang akan cukup
menjamin hidup mereka sampai pada musim kafilah yang akan
datang.
Mata air yang memancar dari
sumur Zamzam itu menarik hati
beberapa kabilah akan tinggal di
dekat tempat itu. Beberapa keterangan mengatakan, bahwa
kabilah Jurhum adalah yang
pertama sekali tinggal di tempat
itu, sebelum datang Hajar dan
anaknya. Sementara yang lain
berpendapat, bahwa mereka tinggal di tempat itu setelah
adanya sumber sumur Zamzam,
sehingga memungkinkan mereka
hidup di lembah gersang itu.

kisah penyembelihan dan penebusan

Beberapa ahli berselisih
pendapat tentang
penyembelihan Ismail serta
kurban yang telah
dipersembahkan oleh Ibrahim.
Adakah sebelum kelahiran Ishaq atau sesudahnya? Adakah itu
terjadi di Palestina atau di Hijaz?
Ahli-ahli sejarah Yahudi
berpendapat, bahwa yang
disembelih itu adalah Ishaq,
bukan Ismail. Di sini kita bukan akan menguji adanya perselisihan
pendapat itu. Dalam Qishash'l-
Anbia' Syaikh Abd'l Wahhab an-
Najjar berpendapat, bahwa yang
disembelih itu adalah Ismail.
Argumentasi ini diambilnya dari Taurat sendiri bahwa yang
disembelih itu dilukiskan sebagai
anak Ibrahim satu- satunya.
Pada waktu itu Ismail adalah
anak satu-satunya sebelum
Ishaq dilahirkan. Setelah Sarah melahirkan, maka anak Ibrahim
tidak lagi tunggal, melainkan
sudah ada Ismail dan Ishaq.
Dengan mengambil cerita itu
seharusnya kisah penyembelihan
dan penebusan itu terjadi di Palestina. Hal ini memang bisa
terjadi demikian kalau yang
dimaksudkan itu terjadi
terhadap diri Ishaq. Selama itu
Ishaq dengan ibunya hanya
tinggal di Palestina, tidak pernah pergi ke Hijaz. Akan tetapi cerita
yang mengatakan bahwa
penyembelihan dan penebusan
itu terjadi di atas bukit Mina,
maka ini tentu berlaku terhadap
diri Ismail. Oleh karena di dalam Qur'an tidak disebutkan nama
person korban itu, maka ahli-ahli
sejarah kaum Muslimin berlain-
lainan pendapat. Tentang pengorbanan dan
penebusan itu kisahnya ialah
bahwa Ibrahim bermimpi,
bahwasanya Tuhan
memerintahkan kepadanya
supaya anaknya itu dipersembahkan sebagai kurban
dengan menyembelihnya. Pada
suatu pagi berangkatlah ia
dengan anaknya. "Bila ia sudah mencapai usia
cukup untuk berusaha, ia
(Ibrahim) berkata: 'O
anakku, dalam tidur aku
bermimpi, bahwa aku
menyembelihmu. Lihatlah, bagaimanakah
pendapatmu?' Ia menjawab:
'Wahai ayahku. Lakukanlah
apa yang diperintahkan
kepadamu. Jika dikehendaki
Tuhan, akan kaudapati aku dalam kesabaran.' Setelah
keduanya menyerahkan diri
dan dibaringkannya ke
sebelah keningnya, ia Kami
panggil: 'Hai Ibrahim. Engkau
telah melaksanakan mimpi itu.' Dengan begitu, Kami
memberikan balasan kepada
mereka yang berbuat
kebaikan. Ini adalah suatu
ujian yang nyata. Dan kami
menebusnya dengan sebuah kurban besar." (Qur'an, 37:
102-107) Beberapa cerita melukiskan kisah
ini dalam bentuk puisi yang indah
sekali, sehingga di sini perlu kita
kemukakan, sekalipun tidak
membawa kisah tentang Mekah.
Kisahnya, setelah Ibrahim bermimpi dalam tidurnya bahwa
ia harus menyembelih anaknya
dan memastikan bahwa itu
adalah perintah Tuhan, ia
berkata kepada anaknya itu:
'Anakku, bawalah tali dan parang itu, mari kita pergi ke bukit
mencari kayu untuk keluarga
kita.' Anak itupun menurut
perintah ayahnya. Ketika itu
datang setan dalam bentuk
seorang laki-laki, mendatangi ibu anak itu seraya berkata:
'Tahukah engkau ke mana
Ibrahim membawa anakmu?' 'Ia
pergi mencari kayu dari lereng
bukit itu,' jawab ibunya. 'Tidak,'
kata setan lagi, 'ia pergi akan menyembelihnya.' Ibu itu
menjawab lagi: 'Tidak. Ia lebih
sayang kepada anaknya.' 'Ia
mendakwakan bahwa Tuhan
yang memerintahkan itu.' 'Kalau itu memang perintah
Tuhan biarkan dia menaati
perintahNya,' jawab ibu itu.
Setan itu lalu pergi dengan
perasaan kecewa. Ia segera
menyusul anak yang sedang mengikuti ayahnya itu. Kepada
anak itupun ia berkata seperti
terhadap ibunya tadi. Tapi
jawabannyapun sama dengan
jawaban ibunya juga. Kemudian
setan mendatangi Ibrahim dan mengatakan, bahwa mimpinya itu
hanya tipu-muslihat setan
supaya ia menyembelih anaknya
dan akhirnya akan menyesal.
Tetapi oleh Ibrahim ia
ditinggalkan dan dilaknatnya. Dengan rasa jengkel Iblis itu
mundur teratur, karena
maksudnya tidak berhasil, baik
dari Ibrahim, dari isterinya atau
dari anaknya. Kemudian itu Ibrahim
menyatakan kepada anaknya
tentang mimpinya itu dan minta
pendapatnya. 'Ayah, lakukanlah
apa yang diperintahkan.' Lalu
katanya lagi dalam ballada itu: 'Ayah, kalau ayah akan
menyembelihku, kuatkanlah
ikatan itu supaya darahku nanti
tidak kena ayah dan akan
mengurangi pahalaku. Aku tidak
menjamin bahwa aku takkan gelisah bila dilaksanakan.
Tajamkanlah parang itu supaya
dapat sekaligus memotongku. Bila
ayah sudah merebahkan aku
untuk disembelih, telungkupkan
aku dan jangan dimiringkan. Aku kuatir bila ayah kelak melihat
wajahku ayah akan jadi lemah,
sehingga akan menghalangi
maksud ayah melaksanakan
perintah Tuhan itu. Kalau ayah
berpendapat akan membawa bajuku ini kepada ibu kalau-
kalau menjadi hiburan baginya,
lakukanlah, ayah.' 'Anakku,' kata Ibrahim, 'ini adalah
bantuan besar dalam
melaksanakan perintah Allah.' Kemudian ia siap melaksanakan.
Diikatnya kuat-kuat tangan
anak itu lalu dibaringkan
keningnya untuk disembelih.
Tetapi kemudian ia dipanggil: 'Hai
Ibrahim! Engkau telah melaksanakan mimpi itu.' Anak itu
kemudian ditebusnya dengan
seekor domba besar yang
terdapat tidak jauh dari tempat
itu. Lalu disembelihnya dan
dibakarnya. Demikianlah kisah penyembelihan
dan penebusan itu. Ini adalah
kisah penyerahan secara
keseluruhan kepada kehendak
Allah. Ishaq telah menjadi besar di
samping Ismail. Kasih-sayang
ayah sama terhadap keduanya.
Akan tetapi Sarah menjadi gusar
melihat anaknya itu
dipersamakan dengan anak Hajar dayangnya itu. Ia bersumpah
tidak akan tinggal bersama-
sama dengan Hajar dan anaknya
tatkala dilihatnya Ismail memukul
adiknya itu. Ibrahim merasa
bahwa hidupnya takkan bahagia kalau kedua wanita itu tinggal
dalam satu tempat. Oleh karena
itu pergilah ia dengan Hajar dan
anak itu menuju ke arah selatan.
Mereka sampai ke suatu lembah,
letak Mekah yang sekarang. Seperti kita sebutkan di atas,
lembah ini adalah tempat para
kafilah membentangkan
kemahnya pada waktu mereka
berpapasan dengan kafilah dari
Syam ke Yaman, atau dari Yaman ke Syam. Tetapi pada
waktu itu adalah saat yang
paling sepi sepanjang tahun.
Ismail dan ibunya oleh Ibrahim
ditinggalkan dan ditinggalkannya
pula segala keperluannya. Hajar membuat sebuah gubuk tempat
ia berteduh dengan anaknya.
Dan Ibrahimpun kembali ke
tempat semula.

ibrahim dan isma'il

Dalam lembah yang terkepung
oleh bukit- bukit itulah terletak
Mekah. Untuk mengetahui
sejarah dibangunnya kota ini
sungguh sukar sekali. Mungkin
sekali ia bertolak ke masa ribuan tahun yang lalu. Yang pasti,
lembah itu digunakan sebagai
tempat perhentian kafilah sambil
beristirahat, karena di tempat
itu terdapat sumber mata air.
Dengan demikian rombongan kafilah itu membentangkan
kemah-kemah mereka, baik yang
datang dari jurusan Yaman
menuju Palestina atau yang
datang dari Palestina menuju
Yaman. Mungkin sekali Ismail anak Ibrahim itu orang pertama yang
menjadikannya sebagai tempat
tinggal, yang sebelum itu hanya
dijadikan tempat kafilah lalu saja
dan tempat perdagangan secara
tukar-menukar antara yang datang dari arah selatan jazirah
dengan yang bertolak dari arah
utara. Kalau Ismail adalah orang
pertama yang menjadikan Mekah
sebagai tempat tinggal, maka
sejarah tempat ini sebelum itu
gelap sekali. Mungkin dapat juga
dikatakan, bahwa daerah ini dipakai tempat ibadat juga
sebelum Ismail datang dan
menetap di tempat itu. Kisah
kedatangannya ke tempat
itupun memaksa kita membawa
kisah Ibrahim a.s. secara ringkas. Ibrahim dilahirkan di Irak
(Chaldea) dari ayah seorang
tukang kayu pembuat patung.
Patung-patung itu kemudian
dijual kepada masyarakatnya
sendiri, lalu disembah. Sesudah ia remaja betapa ia melihat
patung-patung yang dibuat oleh
ayahnya itu kemudian disembah
oleh masyarakat dan betapa
pula mereka memberikan rasa
hormat dan kudus kepada sekeping kayu yang pernah
dikerjakan ayahnya itu. Rasa
syak mulai timbul dalam hatinya.
Kepada ayahnya ia pernah
bertanya, bagaimana hasil
kerajinan tangannya itu sampai disembah orang? Kemudian Ibrahim menceritakan
hal itu kepada orang lain.
Ayahnyapun sangat
memperhatikan tingkah-laku
anaknya itu; karena ia kuatir hal
ini akan menghancurkan perdagangannya. Ibrahim sendiri
orang yang percaya kepada akal
pikirannya. Ia ingin membuktikan
kebenaran pendapatnya itu
dengan alasan-alasan yang
dapat diterima. Ia mengambil kesempatan ketika orang
sedang lengah. Ia pergi
menghampiri sang dewa, dan
berhala itu dihancurkan, kecuali
berhala yang paling besar.
Setelah diketahui orang, mereka berkata kepadanya: "Engkaukah yang melakukan
itu terhadap dewa-dewa
kami, hai Ibrahim?" Dia
menjawab: " Tidak. Itu
dilakukan oleh yang paling
besar diantara mereka. Tanyakanlah kepada
mereka, kalau memang
mereka bisa
bicara." (Qur'an, 21: 62-63) Ibrahim melakukan itu sesudah ia
memikirkan betapa sesatnya
mereka menyembah berhala,
sebaliknya siapa yang
seharusnya mereka sembah. "Bila malam sudah gelap,
dilihatnya sebuah bintang.
Ia berkata: Inilah Tuhanku.
Tetapi bilamana bintang itu
kemudian terbenam, iapun
berkata: 'Aku tidak menyukai segala yang
terbenam.' Dan setelah
dilihatnya bulan terbit,
iapun berkata: 'Inilah
Tuhanku.' Tetapi bilamana
bulan itu kemudian terbenam, iapun berkata:
'Kalau Tuhan tidak memberi
petunjuk kepadaku,
pastilah aku akan jadi
sesat.' Dan setelah
dilihatnya matahari terbit, iapun berkata: 'Ini Tuhanku.
Ini yang lebih besar.' Tetapi
bilamana matahari itu juga
kemudian terbenam, iapun
berkata: 'Oh kaumku. Aku
lepas tangan terhadap apa yang kamu persekutukan
itu. Aku mengarahkan
wajahku hanya kepada
yang telah menciptakan
semesta langit dan bumi ini.
Aku tidak termasuk mereka yang mempersekutukan
Tuhan." (Qur'an 6: 76-79) Ibrahim tidak berhasil mengajak
masyarakatnya itu. Malah
sebagai balasan ia dicampakkan
ke dalam api. Tetapi Tuhan masih
menyelamatkannya. Ia lari ke
Palestina bersama isterinya Sarah. Dari Palestina mereka
meneruskan perjalanan ke Mesir.
Pada waktu itu Mesir di bawah
kekuasaan raja-raja Amalekit
(Hyksos). Sarah adalah seorang wanita
cantik. Pada waktu itu raja- raja
Hyksos biasa mengambil wanita-
wanita bersuami yang cantik-
cantik. Ibrahim memperlihatkan,
seolah Sarah adalah saudaranya. Ia takut dibunuh dan Sarah akan
diperisterikan raja. Dan raja
memang bermaksud akan
memperisterikannya. Tetapi
dalam tidurnya ia bermimpi
bahwa Sarah bersuami. Kemudian dikembalikan kepada Ibrahim
sambil dimarahi. Ia diberi
beberapa hadiah di antaranya
seorang gadis belian bernama
Hajar- Oleh karena Sarah
sesudah bertahun-tahun dengan Ibrahim belum juga beroleh
keturunan, maka oleh Sarah
disuruhnya ia bergaul dengan
Hajar, yang tidak lama kemudian
telah beroleh anak, yaitu Ismail.
Sesudah Ismail besar kemudian Sarahpun beroleh keturunan,
yaitu Ishaq.

letak mekah

Di tengah-tengah jalan kafilah
yang berhadapan dengan Laut
Merah - antara Yaman dan
Palestina - membentang bukit-
bukit barisan sejauh kira-kira
delapanpuluh kilometer dari pantai. Bukit-bukit ini mengelilingi
sebuah lembah yang tidak begitu
luas, yang hampir-hampir
terkepung sama sekali oleh
bukit- bukit itu kalau tidak
dibuka oleh tiga buah jalan: pertama jalan menuju ke Yaman,
yang kedua jalan dekat Laut
Merah di pelabuhan Jedah, yang
ketiga jalan yang menuju ke
Palestina.

misi penginjil dan golongan yang berpikiran beku

Sementara kerja-sama ilmiah
yang seharusnya akan
memberikan hasil yang baik ini
lahir, tiba-tiba timbul pula
kegiatan pihak gereja Kristen
melakukan serangkaian serangan terhadap Islam dan terhadap
Muhammad demikian rupa, tidak
kurang dari apa yang kita
sebutkan tadi. Di samping itu
pihak imperialisma Baratpun
mendukung pula kegiatan ini, dengan segala kemampuan yang
ada padanya, atas nama
kemerdekaan berpikir. Padahal
mereka yang melakukan
serangan dan kecaman itu telah
keluar meninggalkan negerinya sendiri, mereka terpisah dari apa
yang mereka
namakan ,peneguhan iman, dalam
jiwa saudara-saudara mereka
seagama itu. Juga penganjur-
penganjur kebekuan berpikir (jumud) di kalangan kaum
Muslimin sendiri telah mendapat
dukungan imperialisma pula.
Selanjutnya tangan imperialisma
ini juga yang memberikan
dorongan kepada apa saja yang dapat diselundupkan ke dalam
Islam - dan yang sebenarnya
bukan dari Islam - dan ke dalam
sejarah hidup Rasul, berupa
dongengan-dongengan yang tak
masuk akal dan bertentangan dengan selera. Ia memberikan
dorongan kepada usaha-usaha
orang yang mengecam Islam dan
mengecam Muhammad dengan
apa saja yang dapat dimasukkan
ke dalam Islam dan ke dalam sejarah Rasul.

usaha-usaha moderenisasi dunia islam

Sudah sepantasnya kalau kita
mengatakan kepada Barat,
bahwa penyelidikan- penyelidikan
berharga yang dilakukan oleh
sarjana-sarjana Barat dewasa ini
tentang sejarah dan studi-studi Islam dan Dunia Timur, telah
membuka jalan baru bagi
pemuda- pemuda Islam sendiri
dan pemuda-pemuda di Timur
dalam memperbanyak bahan-
bahan penyelidikan tentang studi itu. Dan harapan akan sampai
kepada kebenaranpun lebih
besar pula. Dengan sendirinya
mereka akan lebih mudah
memahami jiwa Islam dan jiwa
Timur. Oleh karena orientasi baru itu sudah dimulai dari Barat,
maka pemuda- pemuda itu harus
mengikutinya terus sambil
mengadakan koreksi atas
kesalahan-kesalahan yang ada,
lalu menanamkan jiwa yang sebenarnya hidup dalam sejarah,
diteruskan sampai ke masa kini.
Bukan hanya sebagai studi dan
penyelidikan saja, tetapi juga
harus dilihat sebagai suatu
peninggalan rohani dan mental yang patut diwakili oleh para
pewarisnya; penerangan harus
ditambah dan diperbanyak,
sehingga kebenaran yang
tersembunyi itu akan tampak
lebih jelas. Dewasa ini banyak sudah
pemuda-pemuda yang
mengadakan penyelidikan-
penyelidikan dengan metoda
ilmiah yang sebenarnya. Kalangan
Orientalis sendiripun mendukung usaha-usaha mereka dan sangat
menghargai jasa-jasa mereka itu.

ilmu dan literatur barat

Pemuda-pemuda itu telah
menghindarkan diri dari
pemikiran tentang agama-agama
itu semuanya, juga tentang
risalah Islam dan pembawanya.
Lebih-lebih lagi mereka menghindarkan diri itu karena
ilmu pengetahuan positif dan
filsafat positivisma yang mereka
lihat mengatakan bahwa
masalah-masalah agama berada
di luar logika dan tidak masuk ke dalam lingkungan pemikiran
ilmiah, dan segala yang
berhubungan dengan itu, dalam
bentuk pemikiran metafisika juga
sama sekali tidak termasuk
dalam metoda ilmiah. Kemudian mereka melihat adanya
pemisahan yang begitu jelas dan
tajam antara gereja dan negara
di Barat, serta melihat negara-
negara yang sudah menentukan
dalam undang-undang dasarnya, bahwa kepala negara adalah
pelindung Protestan atau
Katolik, atau menentukan bahwa
agama negara yang resmi adalah
Kristen, dengan maksud supaya
dengan demikian hari-hari besar yang berhubungan dengan itu
tidak bertambah banyak.
Bertambah kuat mereka
bertahan dalam pemikiran ilmiah
dan segala yang berhubungan
dengan itu, perhatian merekapun akan bertambah
besar pula terhadap masalah-
masalah filsafat, ilmu dan budaya. Setelah tiba masanya mereka
harus berpindah dari dunia studi
ke tengah- tengah kehidupan
praktis, kehidupan itu membuat
mereka lebih sibuk daripada
hanya memikirkan masalah- masalah, yang tadinya sudah
mereka tinggalkan. Maka arah
pemikiran itu masih tetap dalam
arus yang pertama: melihat
kebekuan berpikir itu dengan
rasa kasihan dan sinis- Ia terus menghirup udara pemikiran
Barat dan filsafat Barat, yang
dirasakannya begitu lezat,
sehingga bertambah kagum ia,
bertambah kuat bertahan atas
apa yang sudah diperolehnya itu. Memang tak dapat disangkal,
bahwa dewasa ini Timur sangat
perlu sekali menghirup udara
Barat dalam cara berpikir, dalam
ilmu dan budaya. Dunia Islam di
Timur dewasa ini sudah terputus dari Islam masa lampau oleh
adanya kebekuan berpikir dan
fanatisma selama berabad-abad.
Cara berpikir masa lampau yang
sehat sudah begitu tebal
tertimbun oleh kebodohan dan serba prasangka terhadap
segala yang baru. Maka tak ada
jalan lain, bagi yang ingin
mengikis semua timbunan itu, ia
harus bersandar pada bentuk-
bentuk pemikiran dunia yang lebih baru, supaya dengan
demikian dapat mencapai masa
kini yang cemerlang serta
peninggalan masa lampau yang
gemilang.

sikap jumud di kalangan pemuda

Tuduhan mereka itu sebenarnya
memberi pengaruh besar dalam
jiwa angkatan muda Islam yang
terpelajar. Terkesan di kalangan
pemuda itu, bahwa atheisma dan
logika sejalan dengan ijtihad (aktif), sedang iman sama
dengan Jumud (pasif). Oleh
karena itu jiwa mereka gelisah.
Mereka pergi membaca buku-
buku Barat; dengan itu mereka
akan mencari kebenaran, dengan keyakinan bahwa mereka tidak
mendapatkan yang demikian itu
dalam buku-buku kaum Muslimin.
Dengan sendirinya buku-buku
agama dan sejarah Kristen tidak
juga terpikirkan oleh mereka; mereka sudah hanyut ke dalam
buku- buku filsafat, yang dengan
gayanya yang ilmiah itu mereka
mencari setitik air yang akan
menghilangkan rasa dahaga akan
kebenaran yang ada dalam jiwa mereka itu, dan dengan logika
yang dikemukakannya sudah
merupakan nyala suci yang masih
tersembunyi dalam jiwa umat
manusia dan dijadikannya pula
alat komunikasi yang akan mengantarkan mereka kepada
alam serta kebenaran yang
tertinggi. Dalam buku-buku
Barat, baik dalam filsafat, etika
atau humanities pada umumnya
banyak sekali yang akan mereka dapati dengan sangat menarik
hati, baik karena gayanya yang
indah, atau karena logikanya
yang kuat serta apa yang
tampaknya hendak
memperlihatkan adanya kemauan baik dan niat yang ikhlas hendak
mencapai pengetahuan demi
kebenaran. Oleh karena itu jiwa
pemuda-pemuda itu jadi jauh
dari pemikiran tentang agama-
agama semua dan tentang risalah Islam serta pembawanya. Sikap mereka itu guna
menghindarkan diri jangan
sampai timbul konflik antara
mereka dengan kebekuan
beragama sebab mereka yakin
takkan dapat mengalahkannya, juga karena mereka tidak
menyadari, betapa pentingnya
hubungan yang akan
mengangkat martabat manusia
ke tingkat yang lebih sempurna,
sehingga kekuatan moralnyapun akan berlipat-ganda.

islam dan apa yang terjadi dengan islam

Kita tinggalkan dulu bicara
tentang agama ini, dan mari kita
lihat sejarah orang yang
membawanya - Muhammad
'alaihissalam. Banyak buku-buku sejarah
tentang kehidupan Nabi itu yang
telah menambahkan hal-hal yang
tak dapat diterima akal dan
yang memang tidak diperlukan
menambahkan demikian untuk menguatkan risalahnya itu. Dan
apa yang ditambah-tambahkan,
itulah yang dijadikan pegangan
oleh kalangan Orientalis dan oleh
mereka yang mau
mendiskreditkan Islam dan Nabi, juga oleh mereka yang mau
mengecam umat Islam;
dijadikannya itu tongkat
penunjuk dalam kecaman mereka
yang akan cukup memanaskan
hati setiap orang yang berpikir jujur. Hal semacam ini dan apa yang
mereka ciptakan sendiri, itulah
yang menjadi pegangan mereka,
lalu mereka mengatakan, bahwa
mereka menulis itu berdasarkan
metoda ilmiah yang modern, metoda yang mengemukakan
peristiwa-peristiwa, orang-orang
dan pahlawan-pahlawan. Lalu
diberikannya suatu penilaian
yang pantas jika dianggap pada
tempatnya mengeluarkan penilaian demikian. Dan kalau kita
baca dengan seksama apa yang
mereka tulis itu akan kita lihat
bahwa hal itu sebenarnya penuh
dengan nafsu permusuhan dan
caci- maki, terbungkus dalam susunan kata- kata yang tidak
kurang indahnya, menarik hati
mereka yang sepaham dengan
anggapannya, bahwa
pembahasannya itu ilmiah,
terdorong hanya akan mencari kebenaran semata- mata, ingin
meneropongnya dari segenap
penjuru. Inilah yang dituju oleh
penulis-penulis dan ahli-ahli
sejarah yang fanatik itu. Hanya
saja, adanya beberapa orang yang masih dapat berpikir lebih
tenang - baik penulis atau
sarjana -menyebabkan mereka
yang berpikiran bebas itu dapat
bersikap lebih adil dan jujur,
sekalipun dari pihak Kristen sendiri. Dalam berbagai macam bidang
beberapa ulama Islam telah
tampil dan berusaha menangkis
tuduhan orang-orang Barat
yang fanatik itu. Dan nama
Syaikh Muhammad Abduh tentu yang paling menonjol dalam
bidang ini. Tetapi mereka ini
tidak menempuh metoda yang
ilmiah - seperti didakwakan oleh
penulis-penulis dan ahli-ahli
sejarah Eropa, sebab hanya merekalah yang memakai cara
itu. Maksudnya supaya dalam
menghadapi lawan alasan mereka
lebih kuat. Kemudian lagi ulama
Islam itu - dan Syaikh Muhammad
Abduh yang terutama - telah dituduh atheis dan kufur. Maka
argumentasi mereka itu menjadi
makin lemah di depan lawan
Islam.

penjajahan dan propaganda anti islam

Ternyata imperialisma Barat
memberikan bantuan dalam
meneruskan serangan yang
mereka lancarkan terhadap Islam
dan terhadap Muhammad, dan
minta mereka supaya berpendirian seperti penduduk
Mekah yang menginginkan
supaya agama Nasrani menderita
kehinaan karena kekalahan
Heraklius dan Rumawi
menghadapi Persia. Pernah mereka mengatakan - dan masih
banyak di antara mereka yang
mengatakan - bahwa Islam itulah
yang menyebabkan mundurnya
bangsa- bangsa yang
menganutnya dan menyebabkan mereka tunduk kepada pihak
lain. Ini adalah kebohongan yang
kita tolak dengan cukup
mengingatkan kepada mereka
yang mengatakan itu, bahwa
peradaban umumnya dan kekuasaan dunia yang cukup
dikenal selama berabad-abad itu
berada di tangan bangsa-bangsa
yang yang terdiri dari umat Islam
itulah. Di sana pusat ilmu
pengetahuan dan tempat sarjana- sarjana, dari sana pula
datangnya pelopor
kemerdekaan, yang oleh Barat
belum selang lama ini baru
dikenalnya. Apabila mungkin
mundurnya beberapa golongan bangsa akan dihubungkan
dengan agama yang dianutnya,
maka agama itu tentu bukan
Islam, Islam yang telah membuat
orang-orang pedalaman seluruh
jazirah Arab jadi bangkit dan dapat membuat mereka
menguasai dunia. Akan tetapi kemunduran
bangsa- bangsa yang telah
menjadi beban bagi Islam itu
sangat disayangkan bila akan
dihubungkan kepada agama yang
sebenarnya tidak demikian; bukan itu yang dikehendaki oleh
Allah dan oleh Rasul. Tapi mereka
menganggap bahwa yang
demikian itulah dasar agama dan
barangsiapa yang menentang ia
akan dianggap atheis.

kristen tidak sesuai dengan watak barat

Akan tetapi kita melihat ada
sebab lain di luar kurangnya
pengetahuan itu saja yang telah
mendorong pihak Barat menjadi
fanatik dan sampai
membangkitkan peperangan yang begitu fatal, sebentar-
sebentar dilancarkan terhadap
Islam dan kaum Muslimin. Juga
tidak terlintas dalam pikiran kita
tentang apa yang biasa kita
rasakan adanya hubungan politik yang buruk dan ingin menguasai
bangsa lain untuk dieksploitir.
Menurut hemat kita itu adalah
akibat - bukan sebab- dan
adanya fanatisma yang sudah
begitu merasuk sampai ke soal ilmu dan penyelidikan-
penyelidikan ilmiah. Sebabnya
ialah, menurut hemat kita, oleh
karena ajaran Kristen yang
mengajak orang menjauhkan
kehidupan duniawi, sifat maaf dan pengampunan serta
pengertian- pengertian hidup
rohani yang luhur, tidak sesuai
dengan perangai Barat, yang
sejak ribuan tahun dalam
lingkungan agama polytheisma, dan letak geografisnya
menghendaki perjuangan sengit
melawan iklim dingin, melawan
kesulitan dan keadaan yang
serba sukar. Apabila peristiwa-
peristiwa sejarah mengharuskan juga Barat menganut agama
Kristen ini, maka tidak bisa lain ia
harus juga dilibatkan ke dalam
kancah perjuangan itu dan
memaksa agama itu
meninggalkan sifatnya yang lemah- lembut dan indah,
meninggalkan keseimbangan
rohani yang seharusnya menjadi
mata rantai kesatuan yang telah
disempurnakan oleh Islam: yakni
kesatuan yang membuat harmonis antara rohani dan
jasmani, antara perasaan dan
akal, emosi dan rasio, secara
individu dan universal bersama-
sama berada dalam hukum alam,
yakni keduanya sejalan dalam ruang dan waktu yang tak
terbatas. Menurut hemat kita, inilah
sumber yang menyebabkan
fanatisma Barat yang memusuhi
Islam, suatu sikap yang
menyebabkan kaum Kristen
Abisinia menjadi jijik melihatnya - tatkala kaum Muslimin mencari
perlindungan pada masa mula-
mula Nabi mengajak orang
kepada agama Allah. Inilah, menurut pendapat saya,
sebab timbulnya ekses dan cara
yang berlebih- lebihan di
kalangan orang-orang Barat,
baik dalam beragama maupun
dalam atheisma, fanatisma yang berlebih- lebihan serta
perjuangan yang tidak mengenal
belas kasihan dan tidak
mengenal ampun. Apabila dari
mereka sejarah sudah mengenal
adanya orang-orang suci, yang dalam hidup mereka mengikuti
jejak Isa Al-Masih dan pengikut-
pengikutnya, juga sejarah sudah
mengenal kehidupan bangsa-
bangsa di Barat yang selalu
hidup dalam pertentangan, dalam perjuangan, peperangan-
peperangan yang dahsyat, atas
nama politik atau atas nama
agama, dan dikenalnya pula,
bahwa paus-paus atau
pembesar-pembesar gereja dan mereka yang memegang
kekuasaan temporal, selalu
dalam persaingan mau saling
mengalahkan. Suatu saat
golongan ini yang menang,
nantinya yang lain lagi yang menang. Oleh karena kemenangan
terakhir dalam abad
kesembilanbelas itu berada di
tangan kekuasaan temporal,
maka kekuasaan ini berusaha
hendak membasmi kehidupan rohani atas nama ilmu
pengetahuan. Ia mengira, bahwa
dalam kehidupan umat manusia
ilmu itu akan dapat
menggantikan iman seperti dalam
kehidupan rohani. Sesudah melalui perjuangan yang cukup
lama, sekarang mereka
mengetahui bahwa pendapat
demikian itu salah sekali, dan
bahwa apa yang mereka tuju itu
dalam kenyataannya tak mungkin dapat dilaksanakan.
Sekarang di Barat terdengar
jeritan disana-sini mengajak
mereka kembali mencari
pegangan rohani yang sudah
hilang. Mereka mencari pegangan itu di dalam maupun di luar
teosofi. Sekiranya ajaran Kristen
itu memang sesuai dengan naluri
perjuangan yang telah dibawa
oleh hukum alam sebagai
sebagian cara hidup Barat, sesudah ternyata konsepsi
materialisma mereka tidak
berhasil memberikan konsumsi
rohani, tentu akan kita lihat
mereka kembali mencari
pegangan agama Kristen yang begitu indah, agama Isa anak
Mariam - kalaupun Tuhan belum
akan membimbing mereka
kepada Islam- dan tidak perlu
mereka pergi berpindah ke India
atau ke tempat lain, mencari pegangan hidup rohani, yang
oleh manusia sangat dirasakan
perlunya seperti kebutuhan
bernapas; sebab ini merupakan
sebagian kodratnya, bahkan
merupakan sebagian dari jiwa raganya.

sebab permusuhan islam-kristen

Atas semua itu harus kita selidiki
sebab- sebab timbulnya
permusuhan sengit dan
peperangan yang begitu dahsyat
yang telah dimulai oleh pihak
Kristen terhadap Islam itu. Menurut hemat kita, kurangnya
pengetahuan pihak Barat
tentang hakekat Islam dan
sejarah Nabi adalah sebab
pertama yang menimbulkan
permusuhan itu. Kurangnya pengetahuan ini sudah tentu
merupakan sebab- sebab
timbulnya sikap kaku dan
fanatisma yang paling berat dan
rumit. Seabad demi seabad
kurangnya pengetahuan demikian ini makin bertimbun dan
kemudian ia menjelma menjadi
patung-patung dan berhala-
berhala dalam jiwa generasi
berikutnya, yang untuk
menghilangkannya tentu memerlukan suatu kekuatan jiwa
yang besar, seperti pada mula
lahirnya kekuatan Islam dulu.

penulis-penulis kristen dan muhammad

Ketika menguraikan, pandangan
penulis- penulis Kristen sampai
pada pertengahan abad
kesembilanbelas, sehubungan
dengan adanya mereka yang
berprasangka jahat terhadap Muhammad Dictionnaire Larousse
menyebutkan demikian: " Dalam
pada itu Muhammad masih tetap
sebagai tukang sihir yang
hanyut dalam kerusakan akhlak,
perampok unta, seorang kardinal yang tidak berhasil menduduki
kursi Paus, lalu menciptakan
agama baru untuk membalas
dendam kepada kawan-
kawannya. Cerita-cerita khayal
dan cabul banyak terjadi dalam sejarah hidupnya. Sejarah hidup
Bahaume (Muhammad) hampir
terdiri dari hasil lektur semacam
itu. 'Cerita Muhammad' yang
disiarkan oleh Reinaud dan
Francisque Michel tahun 1831 melukiskan kepada kita
pandangan orang- orang yang
hidup dalam Abad Pertengahan
itu tentang dia. Dalam abad
ketujuhbelas Bell memberikan
suatu tanggapan tentang sejarah yang sifatnya
merendahkan arti Qur'an dengan
suatu tinjauan berdasarkan
sejarah. Sungguhpun begitu ia
masih diliputi oleh ketentuan-
ketentuan yang salah mengenai dirinya. Akan tetapi dia
mengakui, bahwa ketentuan
moral dan sosial yang dibuatnya
tidak berbeda dengan ketentuan
Kristen, kecuali soal hukum
qishash (Lex Talionis?) dan polygyny." Dari sekian banyak Orientalis
yang telah membuat analisa
tentang sejarah hidup
Muhammad, ada seorang di
antaranya yang agak jujur,
yaitu penulis Perancis Emile Dermenghem. Ia memperingatkan
kolega-kolega yang menulis
tentang agama ini dengan
mengatakan: " Sesudah pecah
perang Islam-Kristen, dengan
sendirinya jurang pertentangan dan salah-pengertian bertambah
lebar, tambah tajam. Orang
harus mengakui, bahwa orang-
orang Baratlah yang memulai
timbulnya pertentangan itu
sampai begitu memuncak. Sejak zaman penulis- penulis Bizantium,
tanpa mau bersusah payah
mengadakan studi -kecuali Jean
Damasceme- telah melempari
Islam dengan pelbagai macam
penghinaan. Para penulis dan penyair menyerang kaum
Muslimin Andalusia dengan cara
yang sangat rendah. Mereka
menuduh, bahwa Muhammad
adalah perampok unta, orang
yang hanyut dalam foya-foya, mereka menuduhnya tukang
sihir, kepala bandit dan
perampok, bahkan menuduhnya
sebagai seorang pendeta Rumawi
yang marah dan dendam karena
tidak dipilih menduduki kursi Paus ... Dan yang sebagian
mengiranya ia adalah tuhan
palsu, yang oleh pengikut-
pengikutnya dibawakan sesajen
berupa kurban-kurban manusia.
Bahkan Guibert de Nogent sendiri, orang yang begitu serius
masih menyebutkan, bahwa
Muhammad mati karena krisis
mabuk yang jelas sekali, dan
bahwa tubuhnya kedapatan
terdampar di atas timbunan kotoran binatang dan sudah
dimakan babi. Oleh karena itu,
lalu ditafsirkan, bahwa itulah
sebabnya minuman keras dan
daging binatang itu diharamkan. Di samping itu ada beberapa
nyanyian yang melukiskan
Muhammad sebagai berhala dari
emas, dan mesjid-mesjid sebagai
kuil-kuil kuno yang penuh
dengan patung-patung dan gambar-gambar. Pencipta "
Nyanyian Antakia" (Chanson
d'Antioche) membawa cerita
tentang adanya orang yang
pernah melihat berhala " Mahom"
terbuat dari emas dan perak murni dan dia duduk di atas
seekor gajah di tempat yang
terbuat dari lukisan mosaik.
Sedang " Nyanyian
Roland" (Chanson de Roland)
melukiskan pahlawan- pahlawan Charlemagne menghancurkan
berhala-berhala Islam, dan
mengira bahwa kaum Muslimin di
Andalusia itu menyembah trinitas
terdiri dari Tervagant, Mahom
dan Apollo. Dan "Cerita Muhammad" (Le Roman de
Mahomet) itu menganggap,
bahwa Islam membenarkan
wanita melakukan polyandri. "Cara berpikir yang penuh
dengan kedengkian dan penuh
legenda itu tetap menguasai
kehidupan mereka. Sejak zaman
Rudolph de Ludheim, sampai saat
kita sekarang ini, masih ada saja orang-orang semacam Nicolas de
Cuse, Vives, Maracci, Hottinger,
Bibliander, Prideaux dan yang
lain. Mereka itu menggambarkan
Muhammad sebagai penipu, dan
Islam merupakan sekumpulan kaum bidat. Semua itu adalah
perbuatan setan. Kaum Muslimin
adalah orang-orang buas sedang
Qur'an adalah suatu gubahan
yang tak berarti. Mereka tidak
membicarakannya secara sungguh- sungguh, karena sudah
dianggap tidak ada artinya.
Tetapi, dalam pada itu Pierre le
Venerable, pengarang pertama
yang telah menulis risalah anti
Islam di Barat dalam abad keduabelas telah
menterjemahkan Qur'an ke dalam
bahasa Latin. Dalam abad
keempatbelas Peirre Pascal
termasuk orang yang mau
mendalami studi- studi tentang Islam. Innocent III pernah
melukiskan Muhammad, bahwa
dia adalah musuh Kristus
(Antichrist). Sedang abad
Pertengahan menganggap
Muhammad seorang heretik (melanggar ajaran agama
Kristen). Orang-orang semacam
Raymond Lulle dalam abad
keempatbelas, Guellaume Postel
dalam abad keenambelas, Roland
dan Gagnier dalam abad kedelapanbelas, Pendeta de
Broglie dan Renan dalam abad
kesembilanbelas, mempunyai
tanggapan yang beraneka
ragam. Sebaliknya orang- orang
semacam Comte Boulainvilliers, Scholl, Caussin de Perceval, Dozy,
Sprenger, Barthelemy Saint-
Hilaire, de Casteries, Carlyle dan
yang lain, pada umumnya mereka
memperlihatkan sikap jujur
terhadap Islam dan Nabi, dan kadang memperlihatkan sikap
hormat. Sungguhpun begitu,
dalam tahun 1876 Droughty
bicara tentang Muhammad
dengan mengatakan: "Itu Arab
munafik yang kotor." Sebelum itu, dalam tahun 1822 juga
Foster telah mencacinya. Sampai
sekarang sebenarnya masih ada
musuh-musuh Islam itu yang
bersemangat." Kita sudah melihat, bukan,
penulis- penulis Barat itu, begitu
rendah menyerangnya? Juga
sudah kita lihat kegigihan
mereka selama berabad-abad
yang mau menanamkan rasa permusuhan dan kebencian di
kalangan umat manusia. Padahal
di kalangan mereka itu ada
orang- orang yang sudah
mengalami zaman yang biasa
disebut zaman ilmu pengetahuan, zaman riset dan zaman
kebebasan berpikir serta adanya
deklarasi persaudaraan antara
sesama manusia. Dengan adanya
orang- orang yang jujur dalam
batas-batas tertentu telah mengurangi juga adanya
pengaruh yang menyesatkan
seperti yang diisyaratkan oleh
Dermenghem itu. Di antara
mereka ada yang mengakui
kebenaran iman Muhammad membawakan risalah itu yang
dipercayakan Allah kepadanya
melalui wahyu yang harus
disampaikan. Ada pula yang
sangat menghargai kebesaran
Muhammad dalam arti rohani, ketinggian akhlaknya, harga
dirinya serta jasanya yang tidak
sedikit. Ada yang melukiskan
semua itu dengan gaya yang
kuat dan indah sekali. Meskipun
demikian, pihak Barat masih juga berprasangka buruk terhadap
Islam dan terhadap Nabi,
kemudian demikian beraninya
mereka itu sampai-sampai di
daerah-daerah Islam sendiri
kalangan misionaris melancarkan penghinaan yang begitu rendah,
dan berusaha membelokkan
kaum Muslimin dari ajaran
agamanya kepada agama
Kristen.

rumawi dan kaum muslimin

Akan tetapi Kerajaan Rumawi -
yang karena kemenangannya
kaum Muslimin telah turut
gembira dan menganggapnya
suatu kemenangan bagi agama-
agama Kitab - penguasa- penguasanya tidak mau
bersusah payah mempelajari
agama baru itu. Mereka
memandang semua kemungkinan
hanya dari segi politik semata
dan yang dipikirkan hanya nasib kerajaannya bila agama yang
baru itu kelak mendapat
kemenangan. Oleh karena itu
mereka malah bersekongkol
menentangnya, dengan
mengirimkan pasukan besar- besaran - suatu sumber
mengatakan seratus ribu, yang
lain mengatakan duaratus ribu -
yang mengakibatkan timbulnya
perang Tabuk. Pihak Rumawi
ternyata mundur berhadapan dengan pasukan Muslimin -
dengan Muhammad sebagai
komandannya - yang hendak
menangkis serangan musuh yang
tidak diinginkan itu. Sejak itulah kaum Muslimin dan
kaum Nasrani berada dalam
posisi permusuhan politik, yang
selama berabad-abad berikutnya
kemenangan berada di tangan
kaum Muslimin. Selama itu lingkungan kekuasaan mereka
membentang sampai ke Andalusia
di sebelah barat, ke India dan
Tiongkok di sebelah timur.
Sebagian besar daerah-daerah
ini menerima agama baru itu dan bahasa Arab sebagai bahasa
yang sudah ditentukan. Setelah tiba masanya sejarah
harus beredar, pihak Nasrani
pun mengusir kaum Muslimin dari
Andalusia, memerangi mereka
dengan serangkaian Perang
Salib. Mereka menyerang agama dan Nabi dengan cara yang
sangat keji, disertai kebohongan
dan fitnah semata- mata.
Demikian kejinya mereka itu,
sehingga lupa mereka tentang
apa yang pernah disampaikan Muhammad 'alaihissalam dalam
hadis-hadis dan dalam Qur'an
melalui wahyu yang diturunkan
kepadanya, bahwa Islam
mengangkat martabat Isa
'alaihissalam setinggi yang diberikan Allah kepadanya.

masalah penyaliban al-masih

Masalah lain yang menimbulkan
perbedaan pendapat Islam dan
Nasrani, dan menjadi puncak
perdebatan antara dua golongan
itu pada masa Nabi, ialah masalah
penyaliban Isa untuk menebus dosa orang dengan darahnya.
Secara tegas Quran telah
membantah bahwa orang-orang
Yahudi membunuh dan menyalib
Isa. "Dan perkataan mereka
bahwa: kami telah
membunuh Almasih Isa anak
Mariam - Utusan Allah.
Tetapi mereka tidak
membunuhnya dan tidak menyalibnya, melainkan
begitu terbayang pada
mereka. Dan mereka yang
masih berselisih pendapat
tentang itu sebenarnya
masih ragu, sebab tak ada pengetahuan mereka
tentang itu, selain
berdasarkan prasangka
saja, dan merekapun tidak
yakin telah membunuhnya.
Bahkan Allah telah mengangkatnya kepadaNya.
Maha Mulia Kekuasaan Allah
dan Bijaksana." (QS,
4:157-158) Kalaupun konsepsi tentang
penebusan dosa anak-cucu Adam
dengan darah Isa memang indah
sekali, dan apa yang ditulis
orang tentang itu patut menjadi
bahan studi dari segala seginya, baik literair, etika atau psikologi,
namun prinsip yang telah
ditentukan Islam, bahwa orang
tidak dibenarkan memikul beban
dosa orang lain, dan bahwa
setiap orang pada hari kemudian diganjar sesuai dengan
perbuatannya - kalau ia berbuat
baik dibalas dengan kebaikan,
kalau jahat dibalas dengan
kejahatan - menyebabkan
pendekatan logis antara kedua ajaran ini tidak mungkin. Di sini
logika Islam sangat konkrit,
sehingga tak ada gunanya usaha
mencari persesuaian, melihat
garis perbedaan yang begitu
tajam antara konsepsi penebusan dan konsepsi hukum
yang bersifat pribadi. "...Seorang bapa takkan
dapat menolong anaknya,
dan anakpun tiada sedikit
juga akan dapat menolong
bapanya..." (QS, 31:33) Tentang agama baru ini, sudah
adakah dari kalangan Nasrani
ketika itu yang mau
memikirkannya, serta melihat
kemungkinan bertemunya
konsepsi Tauhid dengan ajaran yang dibawa Isa itu? Ya, memang
ada, dan banyak di antara
mereka itu yang lalu beriman
kepada ajaran ini.

kaum nasrani mengajak nabi berdebat

Pada masa permulaan Islam
mereka mendebat kaum Muslimin
tentang itu dengan
menggunakan Quran, dengan
berkata: Bukankah Quran yang
diturunkan kepada Muhammad itu mengakui pendapat kami
ketika berkata: "Dan tatkala para malaikat
berkata: 'Aduhai Mariam,
Tuhan menyampaikan berita
gembira kepadamu dengan
Firman Tuhan: namanya Isa
al Masih anak Mariam, orang terpandang di dunia
dan di akhirat dan
termasuk orang yang dekat
(kepada Tuhan). Ia akan
berbicara dengan orang
semasa ia anak-anak dan sesudah dewasa dan ia
tergolong orang yang baik-
baik.' Kata (Mariam)-nya:
'Tuhan, dari mana saya
akan mendapatkan anak,
padahal tak ada orang yang menyentuhku.' Ia
(Tuhan) berkata: 'Begitulah,
Tuhan mencipta menurut
kehendakNya. Jika ia
memutuskan sesuatu, Ia
hanya berkata: Jadilah, maka iapun jadi. Dan ia
mengajarkan Kitab
kepadanya, hikmah
kebijaksanaan, Taurat dan
Injil. Dan ia diutus menjadi
Rasul bagi Keluarga Israil: 'Aku datang kepadamu
membawa sebuah Bukti dari
Tuhanmu. Kuciptakan dari
tanah liat bentuk serupa
burung. Kutiup ia lalu ia
menjadi seekor burung dengan ijin Allah, dan aku
dapat menyembuhkan orang
buta dan berpenyakit
kusta serta menghidupkan
orang mati dengan ijin
Allah. Akupun dapat memberitahukan kepadamu
apa yang kamu makan dan
apa yang kamu simpan
dalam rumahmu. Itulah
suatu bukti bagimu bila
kamu orang-orang yang beriman." (QS, 3:45-49) Jadi Qur'an menegaskan, bahwa
ia menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang buta asal
dari kelahiran, menyembuhkan
kusta, dan dari segumpal tanah
dijadikannya seekor burung dan dapat membuat ramalan dan
semua ini adalah merupakan
sifat-sifat Ilahiah. Inilah
pandangan kaum Nasrani masa
Nabi, yang dijadikan mereka
bahan argumentasi dan mengajaknya berdebat dengan
pendirian, bahwa Isa juga Tuhan
di samping Allah. Dan ada lagi
segolongan mereka itu yang
berpendirian menuhankan
Mariam karena Allah telah menurunkan SabdaNya
kepadanya. Pendirian kaum
Nasrani yang demikian pada
masa itu menganggap Mariam
satu dari tiga dalam Trinitas
Bapa, Anak dan Ruh Kudus. Mereka yang berpendirian
dengan menuhankan Isa dan
ibunya itu hanya merupakan
satu sekte dari sekian banyak
sekte-sekte Nasrani yang
bermacam-macam dan terpencar-pencar itu. Orang-orang Nasrani seluruh
jazirah Arab dengan alirannya
yang bermacam-macam itu
mengajak Muhammad berdebat
menurut dasar mazhab mereka.
Kata mereka Almasih itu ialah Allah, dia anak Allah; kata
mereka dia adalah satu dari tiga
dalam Trinitas. Mereka yang
berpendapat pada ketuhanan Isa
itu berpegang pada argumentasi
yang disebutkan di atas. Argumentasi yang mengatakan
bahwa dia anak Allah, sebab
bapanya tidak diketahui orang,
dan dia berbicara dalam buaian
semasa anak- anak, yang tak
pernah terjadi pada siapapun dari anak Adam. Argumentasi
yang mengatakan bahwa dia
satu dari tiga dalam Trinitas,
sebab Allah berkata: Kami perintahkan, Kami jadikan
dan Kami tentukan. Kalau hanya
Satu tentu berkata: Aku
perintahkan, Aku jadikan dan
Aku tentukan. Muhammad
mendengarkan semua tanggapan mereka itu, dan mengajaknya
berdiskusi dengan cara yang
lebih baik. Dalam perdebatan itu
ia tidak begitu keras seperti
terhadap kaum musyrik dan
penyembah berhala. Bahkan dikemukakannya argumen itu
berdasarkan wahyu dengan cara
yang logis dan sebagaimana yang
diterangkan dalam kitab-kitab
mereka. Allah berfirman: "Sebenarnya mereka telah
melakukan penghinaan
(terhadap Tuhan), mereka
yang mengatakan, bahwa
Allah ialah Isa al- Masih
anak Mariam. Katakan: Siapakah yang dapat
merintangi jika Ia hendak
membinasakan al-Masih
anak Mariam serta ibunya
dan setiap orang yang ada
di muka bumi ini semua? Kerajaan langit dan bumi
serta segala yang ada di
antara itu, adalah milik
Allah. Ia menciptakan apa
yang ada di antara itu, dan
Allah Maha Kuasa atas segalanya. Orang-orang
Yahudi dan Nasrani
berkata: Kami adalah anak-
anak Allah dan yang
dicintaiNya. Katakan:
Mengapa Ia menyiksamu karena dosa-dosamu itu?
Sebenarnya kamupun
manusia, seperti yang
pernah diciptakanNya. Ia
mengampuni siapa saja
yang dikehendakiNya dan Ia menghukum siapa saja yang
dikehendakiNya. Kerajaan
langit dan bumi serta
segala yang ada di antara
itu, adalah milik Allah. Dan
kepadaNyalah kembali sebagai tujuan
terakhir." (QS, 5:17-18)
"Sebenarnya mereka telah
melakukan penghinaan
(terhadap Tuhan), mereka
yang mengatakan, bahwa Allah itu al-Masih anak
Mariam. Bahkan al-Masih
berkata: Hai anak- anak
Israil, sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu.
Barangsiapa mempersekutukan Allah,
Allah akan mengharamkan
surga baginya dan
tempatnya adalah api
neraka. Orang-orang
teraniaya itu takkan punya pembela. Sebenarnya
mereka telah melakukan
penghinaan (terhadap
Tuhan) mereka yang
mengatakan, bahwa Allah
adalah satu dari tiga dalam Trinitas. Tak ada tuhan
kecuali Tuhan Yang Satu.
Apabila tidak mau juga
mereka berhenti (menghina
Tuhan), pasti mereka yang
telah merendahkan (Tuhan), itu akan dijatuhi
siksaan yang
memedihkan." (QS, 5:72-73)
"Dan ingat ketika Allah
berkata: Hai Isa anak
Mariam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang:
mengangkatku dan ibuku
sebagai dua tuhan selain
Allah? Ia menjawab: Maha
Suci Engkau, tidak akan
aku mengatakan yang bukan menjadi hakku.
Kalaupun aku
mengatakannya, tentu
Engkau sudah
mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada dalam hatiku, tapi aku
tidak mengetahui apa yang
ada di dalam Dirimu. Maha
Mengetahui Engkau atas
segala yang gaib. Tak ada
yang kukatakan kepada mereka, selain daripada
yang Kauperintahkan
kepadaku; supaya mereka
menyembah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu, dan akulah
saksi mereka selama aku berada di tengah- tengah
mereka. Tetapi setelah
Kauwafatkan aku, Engkau
Pengawas mereka dan
Engkau pula yang
menyaksikan segala sesuatu. Kalau Engkau siksa
mereka, mereka adalah
hamba-hambaMu, kalaupun
Engkau ampuni mereka,
Engkau Penguasa Maha
Mulia dan Bijaksana." (QS, 5:116-118) Pandangan Nasrani adalah
Trinitas dan Isa adalah anak
Allah. Sedangkan Islam menolak
semua itu dengan tegas sekali,
menolak bahwa Tuhan
mempunyai anak. "Katakan: 'Allah itu Satu.
Allah itu abadi dan mutlak.
Tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Dan tiada
satu apa pun yang
menyerupai- Nya." (QS, 112:1-4)
"Tidak sepatutnya bagi
Allah akan mengambil anak.
Maha Suci Ia..." (QS, 19:35)
"Hal seperti terhadap Isa
bagi Allah sama seperti terhadap Adam; dijadikan-
Nya ia dari tanah lalu
dikatakan: jadilah, maka
jadilah ia." (QS, 3:59) Pada dasarnya Islam adalah
agama Tauhid, dalam pengertian
Tauhid yang murni dan kuat
sekali, dan dalam pengertian
Tauhid yang sederhana dan jelas
sekali. Setiap kemungkinan yang akan mengaburkan pengertian
dan pikiran Tauhid, Islam tegas
menolaknya dan menganggapnya
kufur. "Allah tidak akan
mengampuni bila Dia
dipersekutukan. Tetapi
selain itu akan diampuniNya
siapa saja yang
dikehendakiNya..." (QS, 4:48) Bagaimanapun konsepsi Masehi
tentang Trinitas, yang memang
mempunyai hubungan sejarah
dengan beberapa agama lama,
namun bagi Muhammad itu sama
sekali bukan suatu kebenaran. Yang benar ialah Allah itu Esa,
tidak bersekutu, tidak beranak
dan tidak diperanakkan, dan tak
ada apapun yang
menyerupaiNya. Jadi tidak heran
kalau antara Muhammad dengan pihak Nasrani masa itu terjadi
diskusi dengan cara yang baik,
dan wahyupun memperkuat
Muhammad seperti dalam ayat-
ayat itu.

perbedaan tauhid dan trinitas

Akan kita lihat dalam Qur'an
yang telah menyebutkan Isa dan
Mariam dengan penghormatan
serta penghargaan yang
demikian rupa dari Tuhan
sehingga kitapun karenanya turut bersimpati pula, terbawa
oleh rasa persaudaraan. Tetapi
apa yang menyebabkan kita lalu
bertanya?: Kalau begitu, kenapa
kaum Muslimin dan Kristen
selama berabad-abad terus bermusuhan dan berperang?
Jawaban atas pertanyaan ini
ialah, bahwa antara ajaran-
ajaran Islam dan Kristen itu
terdapat perbedaan asasi yang
menjadi suatu sebab perdebatan hebat semasa Nabi, sekalipun
perdebatan demikian itu tidak
sampai melampaui batas
permusuhan dan kebencian.
Kaum Kristen tidak mengakui
kenabian Muhammad seperti Islam yang mengakui kenabian
Isa; Kristen berlandaskan
Trinitas, sedang Islam samasekali
menolak, selain Tauhid. Kaum
Kristen menuhankan Isa, dan
berpegang pada argumentasi ketuhanannya itu bahwa dia
sudah berbicara sejak di dalam
buaian serta memperlihatkan
mujizat-mujizat yang tak dapat
dilakukan oleh yang lain; suatu
hal yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh Tuhan.

dasar-dasar yang sederhana dalam kedua agama

Kemudian kita melihat kedua
agama ini mempunyai konsepsi
tentang hidup dan akhlak yang
dapat dikatakan sama. Keduanya
memandang manusia dan awal
mula penjadiannya sama: Allah menciptakan Adam dan Hawa dan
keduanya ditempatkan dalam
surga, kemudian diwahyukan
jangan mereka mendengarkan
godaan setan. Tetapi mereka
makan juga (buah) dari pohon itu, maka merekapun keluar dari
surga. Setan yang tak mau
tunduk kepada Adam, adalah
musuh mereka - sebagaimana
diwahyukan Allah kepada
Muhammad - dan yang tidak mau menyucikan kalimat Allah,
menurut kitab- kitab suci kaum
Nasrani. Setan memperdayakan
Hawa dan membujuknya. Lalu
Hawapun membujuk Adam dan
keduanya sama-sama makan dari Pohon Abadi itu. Karena itu,
maka tampaklah aurat mereka.
Merekapun minta ampun kepada
Tuhan dan Tuhan mengirimkan
mereka ke bumi, yang akan jadi
saling bermusuhan di antara sebagian keturunan mereka, dan
yang akan diperdayakan setan,
sehingga akan ada golongan
yang sesat dan ada pula yang
akan melawan kehancuran itu. Untuk memperkuat perjuangan
manusia melawan godaan dosa
itu, Tuhan telah mengutus Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa dan nabi-nabi
yang lain, dan kepada setiap
rasul itu disertakan pula kitab (wahyu) menurut bahasa
masyarakat lingkungan guna
memperkuat apa yang datang
dari Tuhan dan memberi
penerangan kepada mereka.
Sebagaimana juga di pihak setan ada barisan yang membela nafsu
kejahatan, juga para malaikat
memuja dan menguduskan
kesucian Tuhan. Masing-masing
mereka itu saling berselisih
menghadapi hidup dan alam ini sampai Hari Kebangkitan, tatkala
setiap jiwa kelak akan
memperoleh hasil sesuai dengan
apa yang dikerjakannya, dan
takkan ada seorang teman
akrabpun yang sudi menanyakan teman lainnya.

orang-orang kristen yang fanatik dan muhammad

Sedang dari pihak kaum Masehi,
banyak di antara mereka itu
yang menyindir- nyindir
Muhammad dan menilainya
dengan sifat-sifat yang tidak
mungkin dilakukan oleh kaum terpelajar - untuk melampiaskan
rasa kebencian yang ada dalam
hati mereka serta beragitasi
membangkitkan emosi orang.
Meskipun ada dikatakan bahwa
perang salib itu sudah berakhir sejak ratusan tahun yang lalu,
namun fanatisma gereja Kristen
terhadap Muhammad mencapai
puncaknya sampai pada waktu-
waktu belakangan ini. Dan
barangkali masih tetap demikian kalau tidak akan dikatakan
malah bertambah, sekalipun
dilakukan dengan sembunyi-
sembunyi, berselubung misi
dengan pelbagai macam cara. Hal
ini tidak terbatas hanya pada gereja saja bahkan sampai juga
kepada penulis-penulis dan ahli-
ahli pikir Eropa dan Amerika,
yang dapat dikatakan tidak
seberapa hubungannya dengan
pihak gereja. Bisa jadi orang merasa heran
bahwa fanatisma Kristen
terhadap Islam masih begitu
keras pada suatu zaman yang
diduga adalah zaman cerah dan
zaman ilmu pengetahuan, yang berarti juga zaman toleransi dan
kelapangan dada. Dan orang
akan lebih heran lagi apabila
mengingat kaum Muslimin yang
mula- mula, betapa mereka
merasa gembira melihat kemenangan kaum Kristen begitu
besar terhadap kaum Majusi
(Mazdaisma), melihat
kemenangan pasukan Heraklius
merebut panji-panji Persia dan
dapat melumpuhkan tentara Kisra. Masa itu Persia adalah
yang memegang tampuk
pimpinan di seluruh jazirah Arab
bagian selatan, sesudah Kisra
dapat mengusir Abisinia dari
Yaman. Kemudian Kisra mengerahkan pasukannya -
pada tahun 614 - di bawah salah
seorang panglimanya yang
bernama Syahravaraz untuk
menyerbu Rumawi, dan dapat
mengalahkannya ketika berhadap- hadapan di Adhri'at
dan di Bushra, tidak jauh dari
Syam ke negeri Arab. Mereka
banyak yang terbunuh, kota-
kota mereka dihancurkan,
kebun-kebun zaitun dirusak. Pada waktu itu Arab - terutama
penduduk Mekah - mengikuti
berita-berita perang itu dengan
penuh perhatian. Kedua
kekuatan yang sedang
bertarung itu merupakan peristiwa terbesar yang pernah
dikenal dunia pada masa itu.
Negeri-negeri Arab ketika itu
menjadi tetangga-tetangganya.
Sebahagian berada di bawah
kekuasaan Persia, dan sebahagian lagi berbatasan
dengan Rumawi. Orang-orang
kafir Mekah bergembira sekali
melihat kekalahan kaum Kristen
itu; sebab mereka juga Ahli Kitab
seperti kaum Muslimin. Mereka berusaha mengaitkan
tercemarnya kekalahan Kristen
itu dengan agama kaum Muslimin. Sebaliknya pihak Muslimin merasa
sedih sekali karena pihak Rumawi
juga Ahli Kitab seperti mereka.
Muhammad dan sahabat-
sahabatnya tidak mengharapkan
kemenangan pihak Majusi dalam melawan Kristen. Perselisihan
kaum Muslimin dan kaum kafir
Mekah ini sampai menimbulkan
sikap saling berbantah dari
kedua belah pihak. Kaum
kafirnya mengejek kaum Muslimin, sampai ada di antara
mereka itu yang menyatakan
kegembiraannya di depan Abu
Bakr dan Abu Bakrpun sampai
marah dengan mengatakan:
Jangan lekas-lekas gembira; pihak Rumawi akan mengadakan
pembalasan. Abu Bakr adalah orang yang
terkenal tenang dan lembut hati.
Mendengar jawaban itu pihak
kafir membalasnya dengan
ejekan pula: Engkau pembohong.
Abu Bakr marah: Engkaulah musuh Tuhan yang pembohong!
Hal ini disertai dengan taruhan
sepuluh ekor unta bahwa pihak
Rumawi akan mengalahkan kaum
Majusi dalam waktu setahun.
Muhammad mengetahui adanya peristiwa taruhan ini, lalu
dinasehatinya Abu Bakr, supaya
taruhan itu ditambah dan
waktunyapun diperpanjang. Abu
Bakr memperbanyak jumlah
taruhannya sampai seratus ekor unta dengan ketentuan, bahwa
Persia akan dapat dikalahkan
dalam waktu kurang dari
sembilan tahun. Dalam tahun 625 ternyata
Heraklius menang melawan pihak
Persia. Syam direbutnya kembali
dan Salib Besar dapat diambil
lagi. Dalam taruhan ini Abu
Bakrpun menang. Sebagai nubuat atas kemenangan ini firman
Tuhan turun seperti dalam awal
Surah ar-Rum: "Alif Lam Mim. Kerajaan
Rumawi telah dikalahkan. Di
negeri terdekat. Dan
mereka, sesudah kekalahan
itu, akan mendapat
kemenangan. Dalam beberapa tahun saja. Di
tangan Tuhan keputusan
itu. Pada masa lampau, dan
masa akan datang. Pada
hari itu orang- orang
beriman akan bergembira. Dengan pertolongan Allah;
Ia menolong siapa yang
dikehendakiNya. Maha Mulia
Ia dalam Kekuasaan dan
Maha Penyayang. Demikian
janji Allah. Allah takkan menyalahi janjiNya. Tetapi
kebanyakan orang tidak
mengerti." (QS, 30:1-6) Besar sekali kegembiraan kaum
Muslimin atas kemenangan
Heraklius dan kaum Nasrani itu.
Hubungan persaudaraan antara
mereka yang menjadi pengikut
Muhammad dan mereka yang percaya kepada Isa, selama
hidup Nabi, besar sekali,
meskipun antara keduanya
sering terjadi perdebatan. Tetapi
tidak demikian halnya kaum
Muslimin dengan pihak Yahudi, yang pada mulanya bersikap
damai, lambat-laun telah menjadi
permusuhan yang berlarut-larut,
yang sampai meninggalkan bekas
berdarah dan membawa akibat
keluarnya orang-orang Yahudi dari seluruh jazirah Arab.
Kebenaran atas kejadian ini ialah
firman Tuhan: "Pasti akan kaudapati
orang- orang yang paling
keras memusuhi mereka
yang beriman ialah orang-
orang Yahudi dan orang-
orang musyrik; dan pasti akan kaudapati orang-
orang yang paling akrab
bersahabat dengan mereka
yang beriman ialah mereka
yang berkata: 'Kami ini
orang-orang Nasrani.' Sebab, di antara mereka
terdapat kaum pendeta
dan rahib- rahib, dan
mereka itu tidak
menyombongkan diri." (QS,
5:82)

kaum muslimin dan isa

Akan tetapi Islam melarang kaum
Muslimin merendahkan
kedudukan Isa - karena dia
hamba Allah yang diberiNya kitab
dan dijadikanNya seorang nabi,
dijadikanNya ia orang yang beroleh berkah di mana pun ia
berada, diperintahkanNya ia
melakukan sembahyang,
mengeluarkan zakat selama ia
masih hidup, dijadikanNya ia
orang yang berbakti kepada ibunya, dan tidak pula dijadikan
orang yang pongah dan celaka.
Bahagia ia tatkala dilahirkan,
tatkala ia wafat dan tatkala ia
dibangkitkan hidup kembali.

Islam dan Nasrani

Kekuatan inilah yang telah
menyebabkan Islam itu tersebar,
telah dikonfrontasikan langsung
dengan pihak Nasrani yang
menghadapinya dengan sikap
permusuhan yang sengit sekali. Muhammad telah berhasil
melawan paganisma dan
mengikisnya dari negeri-negeri
Arab, seperti juga yang
kemudian dilakukan oleh para
penggantinya yang mula-mula, di Persia, di Afganistan dan tidak
sedikit pula di India. Pengganti-
pengganti Muhammad telah
dapat juga mengalahkan kaum
Nasrani di Hira, di Yaman, Syam,
Mesir dan sampai ke pusat Nasrani sendiri di Konstantinopel. Seperti halnya dengan
paganisma, adakah juga
terhadap agama Nasrani akan
senasib mengalami kelenyapan
sebagai salah satu agama Kitab
yang juga dihormati oleh Muhammad dan yang juga
mendapat wahyu melalui
Nabinya? Adakah orang-orang
Arab itu, Arab pedalaman yang
datang merantau dari pelosok
jazirah padang pasir yang gersang, akan ditakdirkan juga
menguasai taman- taman
Andalusia, Bizantium dan daerah-
daerah Masehi lainnya? Lebih
baik mati daripada itu. Selama
beberapa abad terus-menerus antara pengikut-pengikut Isa
dan pengikut- pengikut
Muhammad telah terjadi
peperangan yang terus-
menerus. Dan peperangan itu
tidak terbatas pada pedang dan meriam saja, malah juga
diteruskan sampai ke bidang-
bidang perdebatan dan
pertentangan teologis yang
dibawa oleh pejuang-pejuang itu,
masing-masing atas nama Muhammad dan atas nama Isa,
masing-masing mencari jalan
mempengaruhi umum dan
beragitasi membangkitkan
fanatisma dan semangat rakyat
jelata.

Islam dan Nasrani

Kekuatan inilah yang telah
menyebabkan Islam itu tersebar,
telah dikonfrontasikan langsung
dengan pihak Nasrani yang
menghadapinya dengan sikap
permusuhan yang sengit sekali. Muhammad telah berhasil
melawan paganisma dan
mengikisnya dari negeri-negeri
Arab, seperti juga yang
kemudian dilakukan oleh para
penggantinya yang mula-mula, di Persia, di Afganistan dan tidak
sedikit pula di India. Pengganti-
pengganti Muhammad telah
dapat juga mengalahkan kaum
Nasrani di Hira, di Yaman, Syam,
Mesir dan sampai ke pusat Nasrani sendiri di Konstantinopel. Seperti halnya dengan
paganisma, adakah juga
terhadap agama Nasrani akan
senasib mengalami kelenyapan
sebagai salah satu agama Kitab
yang juga dihormati oleh Muhammad dan yang juga
mendapat wahyu melalui
Nabinya? Adakah orang-orang
Arab itu, Arab pedalaman yang
datang merantau dari pelosok
jazirah padang pasir yang gersang, akan ditakdirkan juga
menguasai taman- taman
Andalusia, Bizantium dan daerah-
daerah Masehi lainnya? Lebih
baik mati daripada itu. Selama
beberapa abad terus-menerus antara pengikut-pengikut Isa
dan pengikut- pengikut
Muhammad telah terjadi
peperangan yang terus-
menerus. Dan peperangan itu
tidak terbatas pada pedang dan meriam saja, malah juga
diteruskan sampai ke bidang-
bidang perdebatan dan
pertentangan teologis yang
dibawa oleh pejuang-pejuang itu,
masing-masing atas nama Muhammad dan atas nama Isa,
masing-masing mencari jalan
mempengaruhi umum dan
beragitasi membangkitkan
fanatisma dan semangat rakyat
jelata.

lingkungan kekuasaan islam yang pertama

Tidak banyak waktu yang diperlukan Muhammad dalam menyampaikan ajaran agama, dalam menyebarkan panjinya ke penjuru dunia. Sebelum wafatnya, Allah telah menyempurnakan agama ini bagi kaum Muslimin. Dalam pada itu iapun telah meletakkan landasan penyebaran agama itu: dikirimnya misi kepada Kisra, kepada Heraklius dan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa lain supaya mereka sudimenerima Islam. Tak sampai seratus limapuluh tahun sesudah itu, bendera Islampun sudah berkibar sampai ke Andalusia di Eropa sebelah barat, ke India, Turkestan, sampai ke Tiongkok di Asia Timur, juga telah sampai ke Syam (meliputi Suria, Libanon, Yordania dan Palestina sekarang),Irak, Persia dan Afganistan, yang semuanya sudah menerima Islam. Selanjutnya negeri- negeri Arab dan kerajaan Arab, sampai ke Mesir, Cyrenaica, Tunisia, Aljazair, Marokko, - sekitar Eropa dan Afrika- telah dicapai oleh misi Muhammad 'alaihissalam. Dan sejakwaktu itu sampai masa kita sekarang ini panji- panji Islam tetap berkibar di semua daerah itu, kecuali Spanyol yang kemudian diserang oleh Kristen dan penduduknya disiksa dengan bermacam- macam cara kekerasan. Tidak tahan lagi mereka hidup. Ada di antara mereka yang kembali ke Afrika, ada pula yang karena takut dan ancaman, berbalik agama berpindah dari agama asalnya kepada agama kaum tiran yang menyiksanya.
Hanya saja apa yang telah diderita Islam di Andalusia sebelah barat Eropa itu ada juga gantinyatatkala kaum Usmani (Turki) memasukkan dan memperkuat agama Muhammad di Konstantinopel. Dari sanalah ajaran Islam itu kemudian menyebar ke Balkan, dan memercik pula sinarnya sampai keRusia dan Polandia sehingga berkibarnya panji-panji Islam itu berlipat ganda luasnya daripada yang di Spanyol.
Sejak dari semula Islam tersebar hingga masa kita sekarang ini memang belum ada agama- agamalain yang dapat mengalahkannya. Dan kalaupun ada di antara umat Islam yang ditaklukkan, itu hanya karena adanya berbagai macam kekerasan, kekejaman dan despotisma, yang sebenarnya malah menambah kekuatan iman mereka kepada Allah, kepada hukum Islam, dengan memohonkanrahmat dan ampunan daripadaNya.

Nabi muhammad saw

Dengan nama yang begitu mulia, jutaan bibir setiap hari mengucapkannya, jutaan jantung setiap saat berdenyut, berulang kali. Bibir dan jantung yang bergerak dan berdenyut sejak seribu tiga ratus limapuluh tahun. Dengan nama yang begitu mulia, berjuta bibir akan terus mengucapkan, berjuta jantung akan terus berdenyut, sampai akhir zaman
Pada setiap hari di kala fajar menyingsing, lingkaran-lingkaran putih di ufuk sana mulai nampak hendak menghalau kegelapan malam, ketika itu seorang muazzinbangkit, berseru kepada setiap makhluk insani, bahwa bangun bersembahyang lebih baik daripada terus tidur. Ia mengajak mereka bersujud kepada Allah, membaca selawat buat Rasulullah.
Seruan ini disambut oleh ribuan, oleh jutaan umat manusia dari segenap penjuru bumi, menyemarakkannya dengan salat menyambut pahala dan rahmat Allah bersamaan dengan terbitnyahari baru. Dan bila hari siang, mataharipun berangkat pulang, kini muazzin bangkit menyerukan orang bersembahyang lohor, lalu salat asar, magrib, isya. Pada setiap kali dalam sembahyang ini mereka menyebut Muhammad, hamba Allah, Nabi dan RasulNya itu, dengan penuh permohonan, penuh kerendahan hati dan syahdu. Dan selama mereka dalamrangkaian sembahyang lima waktuitu, bergetar jantung mereka menyebut asma Allah dan menyebut nama Rasulullah. Begitulah mereka, dan akan begitu mereka, setelah Allah memperlihatkan agama yang sebenarnya ini dan melimpahkan nikmatNya kepada seluruh umat manusia.